MATERI PARASITOLOGI
A. Wawasan Ilmu Parasit
Pada waktu sekarang parasitologi tidak mencakup lagi
virologi, bakteriologi dan mikrologi, sebab masing-masing ilmu telah tumbuh
menjadi disiplin ilmu tersendiri.
Parasitologi sebagai ilmu mencakup pengetahuan tentang
parasit dan parasitologi dalam bidang bidang ilmu hayat, Parasitologi mungkin
merupakan ilmu yang sifatnya paling multi disipliner, sebab ilmu ini menyangkut
setiap fase biologi : anatomi, fisiologi, biokimia, taksonomi dan sebagainya.
Parasistisme adalah hubugan yang majemuk antara parasit,
satu atau lebih inang dan lingkungan.
Hubungan inang parasit dapat di kaji dari banyak pendekatan
yang berbeda-beda, ahli ilmu perilaku (behaviorist). Mungkin tertarik pada cara parasit itu menyesuaikan diri kepada perilaku
jenis inang agar dapat mempertahankan pegangannya untuk hidup, dan sebaliknya
mereka mungkin tertarik tentang cara parasit itu mengubah perilaku inang untuk
memenuhi kebutuhannya.
Ahli ilmu kekebalan mungkin tertarik pada keseimbangan
rawan yang dicapai antara banyak parasit dan inangnya.
Perkembangan kekebalan penyakit parasit yang menguntungkan
bagi iang atau tanggapan hypersensitivitas yang dihasilkan oleh parasit.
Ahli biokimia dan ahli faal mungkin tertarik akan fungsi
hidup parasit dan ahli patologi jelas tersangkut kepada parasit yang
menyebabkan kerusakan jaringan dan nekrosis.
Dokter manusia dan dokter hewan yang berpraktek tertarik
terutama dalam diagnosa dan pengendalian penyakit parasit.
Dalam penelitian kepustakaan yang dikerjakan oleh Broto
wijaya (1984) di temukan kira-kira 164 jenis parasit obligat yang pernah
dilaporkan menular atau menyerang manusia.
Inang alami jenis parasit-parasit tersebut adalah hewan
liar dan hewan piaraan. Dari jumlah jenis tersebut 32 jenis termasuk protozoa,
12 jenis termasuk nematode, 5 jenis termasuk pentatomida, 32 jenis termasuk
arthropoda.
B. Sejarah Ilmu Parasit
Cacing dan serangga telah dikenal oleh nenek moyang kita
semenjak mereka hidup nomaden cacing parasit telah lama dikenal sebagai penyebab
penyakit telah dikenal oleh nenek moyang kita jauh sebelum mereka mengenal
bakteri dan protozoa.
Diduga orang pertama yang mengembangkan ilmu parasit adalah
Redi (1626 – 1698), seorang ahli ilmu alam bangsa Itali. Ia menemukan larva di
dalam daging yang membusuk, dan yang kemudian menjadi lalat. Dalam tahun 1752
Swammerdam dari Jerman membuktikan bahwa kutu tumbuh dari telur. Akan tetapi
oleh karena masih kuatnya pengaruh ajaran gereja dan dogma-dogma lain yang
hidup dalam masyarakat pada waktu itu, kedua penemu itu tidak berani
mengemukakan pendapatnya.
Dengan ditemukannya alat pembesaran oleh Kenaen hoek ( 1632
– 1723). Dari Belanda ; berbagai jenis hewan parasit bersel satu (protozoa)
ditemukan. Mulai saat itu teori abnogenesis mulai ditinggalkan Mehlis dalam
tahun 1831 mengamati menetasnya larva dari telur cacing daun (trematude).
Semenjak itu siklus hidup berbagai parasit dapat ditetapkan kuchen meister
dalam tahun 1852 membuktikan bahwa Cystecercus sellulose merupakan stadium
peralihan (intermediet) cacing pita pada manusia disebabkan oleh karena
penderita makan daing babi yang mengandung cacing stadium peralihan tersebut.
Namun demikian pembuktian kuchen meister tersebut di
sangkal oleh Von siebold yang berpendapat bahwa cysticercus itu merupakan
cacing pita yang mengalami degenerasi “Hidropis”. Digenerasi itu terdapat pada
inang meister itu adalah hal yang benar.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam membuktikan
bahwa pengetahuan teori yang tidak berdasar observasi itu tidak benar. Seperti
yang telah dikemukakan di atas. Pada jaman dahulu para ahli biologi telah
mengenal suatu teori “Abiogenesis”.
Menurut teori ini organisme hidup itu berasal dari benda
mati dan itu terjadi karena kehendak dan kekuasaan Tuhan. Ajaran agama juga
menyebutkan bahwa manusia pertama juga diciptakan oleh Tuhan dari tanah (benda
mati). Secara populer paling tidak dalam hal-hal tertentu, teori “Abrogenesis
itu masih dianut dan di percayai kebalikan dari teori “Abiogenesis” adalah
teori biogenesis yang menganggap bahwa kehidupan ini berasal dari pra
kehidupan. Karenanya menurut teori biogenesis ini organisme hidup itu berasal
dari bentuk-bentuk hidup sebelumnya.
C. Tujuan Pengajaran
Parasitologi
Tujuan pengajaran parasitologi bagi peserta didik program
studi DIII dan DIV kesehatan lingkungan adalah mengajarkan tentang pengertian
siklus hidup, taksonomi dan nomenklatur serta beberapa aspek epidemiologi
penyakit parasit baik teori maupun pengalaman praktis dilaboratorium dan
lapangan.
Taksonomi diagnostik parasit perlu dipelajari bagi konsep
komunikasi ide penyakit parasit. Peserta didik tidak mungkin mengerti akan arti
farcioliasis sebagai suatu kesatuan penyakit apabila tidak mengetahui apakah
Farciola itu (taksonomi dan nomenklatus) hidup dalam hewan apa (Parasitisme)
Bagaimana hewan penjamu sementara dan inang defisitif
tertular (siklus hidup) atau dimana dan bagaimana parasit itu terdapat dan
bagaimana dinamika penyakit itu (epidemiologi).
PENGERTIAN
DAN KLASIFIKASI
PARASIT
A. PARASITOLOGI
Parasitologi ialah ilmu yang berisi kajian tentang
organisme Jasad hidup), yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme
lain boat sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian
atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga organisme
lain tersebut jadi merugi (dirugikan).
Organisme
ini disebut: parasit.
(Parasites
= organisme yang mengambil makanan; logos = ilmu; sites = makan).
Organisme
lain atau organisme yang mengandung parasit disebut hospes = tuan rumah.
B. PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Parasitologi kedokteran ialah ilmu yang berisi kajian
khusus mengenai parasit yang ada hubungannya dengan manusia sebagai hospes, Serta
segala akibat yang ditimbulkan oleh hubungan tersebut pada manusia, dan
bagaimana cara penanggulangan dari akibat yang terjadi karena hubungan ini.
Dalam Parasitologi Kedokteran, yang paling penting
dipelajari adalah Zooparasit yang terdiri dari:
I.
Protozoologi : ilmu yang berisi kajian tentang
Protozoa
(Filum Protozoa).
II.
Helmintologi : ilmu yang berisi kajian tentang cacing.
1.
Filum Nemathelminthes
2.
Filum Platyhelminthes
III.
Entomologi : ilmu yang berisi kajian tentang
serangga (Filum Arthropods).
Dari hubungan yang terjadi antara parasit dan hospes dapat
terjadi hubungan-hubungan yang disebut sebagai:
-
Parasitisme:
Hubungan dua organisme, yang satu di antaranya mendapat
keuntungan dan yang lain dirugikan.
-
Mutualisme.
Hubungan dua organisme yang kedua organisme ini saling
mendapat keuntungan satu sama lain.
-
Komensalisme:
Hubungan dua organisme, yang satu organisme diuntungkan dan
yang lain tidak dirugikan dan tidak diuntungkan.
-
Simbiosis:
Hubungan permanen antara dua organisme, dimana kedua belch
pihak saling menguntungkan dan tidak bisa hidup sendiri-sendiri atau tidak
dapat hidup terpisah.
Macam-macam parasit
berdasarkan sifat dan cara hidupnya
– Parasit obligat
Parasit yang tidak dapat sertahan hidup tanpa hospes atau
parasit akan coati kalau tidak menemukan hospesnya.
– Parasit permanen Parasit yang hidup pada hospes selama hidupnya.
– Parasit fakultatif Parasit yang dapat hidup bebas dan dapat pula hidup
sebagai parasit.
– Parasit insidental Parasit yang secara kebetulan bersarang pada satu
hospes.
– Parasit patogen Parasit yang menimbulkan kerusakan pada hospes karena
pengaruh mekanik, traumatik, dan toksik.
– Parasit apatogen
Parasit yang hidup dengan mengambil sisa makanan dalam
tubuh hospes dengan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan pada hospes.
– Ektoparasit Parasit yang hidup di permukaan tubuh hospes.
– Endoparasit Parasit yang hidup di dalam tubuh hospes.
– Parasit monoksen Parasit yang hanya menghinggapi satu spesies hospes.
– Parasit poliksen Parasit yang dapat menghinggapi berbagai spesies
hospes.
– Pseudoparasit Suatu benda asing yang disangka sebagai parasit yang
terdapat dalam tubuh hospes.
Cara menulis nama Parasit
Menurut "International Code of Zoological
Nomenclature" untuk menuliskan spesies dari parasit, ditentukan dua nama,
yaitu: huruf awal nama Genus ditulis dengan huruf besar dan nama spesies
ditulis dengan huruf kecil, misalnya: Ascaris lumbricoides.
Macam-macam Hospes
– Hospes definitif
Hospes akhir dimana terdapat parasit dalam stadium dewasa
dan di dalam tubuh hospes terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual.
– Hospes paratenik
Hospes dimana parasit hanya terdapat dalam stadium larva
dan tidak dapat berkembang-menjadi stadium dewasa dan tidak terjadi
perkembangbiakan parasit secara seksual dan parasit ini dapat ditularkan kepada
hospes definitif karena parasit dalam stadium ini merupakan stadium infektif
– Hospes perantara atau hospes
intermediate
Manusia atau hewan tempat parasit tumbuh menjadi stadium
infektif yang dapat ditularkan kepada hospes lain.
– Hospes reservoir
Hewan yang mengandung parasit yang sama dengan parasit
manusia dan dapat menjadi cumber infeksi bagi manusia.
– Hospes obligat
Hospes tunggal yang merupakan satu-satunya spesies yang
dapat menjadi tuan rumah dari parasit dewasa.
– Hospes alternatif
Hospes utama yang mengandung parasit, namun ada spesies
lain yang dapat sebagai hospes yang mengandung parasit dewasa.
– Hospes insidental
Bila suatu spesies secara kebetulan dapat mengandung
parasit dewasa, padahal hospes yang sesungguhnya adalah spesies lain.
Istilah-istilah
Istilah-istilah penting yang Sering ditemukan dalam
parasitologi antara lain sebagai berikut.
-
Vektor
Hewan yang di dalam tubuhnya terjadi perkembangan atau
pembiakan dari parasit, dan parasit itu dapat ditularkan kepada manusia atau
hewan lain. Biasanya yang berperan sebagai vektor ini adalah serangga.
-
Hewan perantara
Hewan yang dapat menularkan bentuk infeksi dari parasit dengan
salah satu organ tubuhnya kepada orang lain.
-
Carier
Orang yang mengandung parasit di dalam tubuhnya yang dapat
menjadi cumber penularan kepada orang lain, tapi orang tersebut tidak sakit.
-
Zoonosis Parasit hewan yang dapat
ditularkan kepada manusia.
-
Habitat
Tempat hidup parasit dewasa yang disenangi dalam tubuh
hospes dimana terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual.
C. SKEMA DALAM MEMPELAJARI
PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Dalam mempelajari parasit yang menginfeksi manusia yang
menimbulkan manifestasi klinik pada manusia, perlu dipelajari hal-hal yang
berhubungan dengan:
1.
sejarah tentang penemuan parasit,
2.
penyebaran parasit secara
geografis,
3.
habitat parasit di dalam tubuh
manusia,
4.
morfologi dan siklus hidup dari
parasit,
5.
cara infeksi dari parasit ke tubuh
manusia,
6.
gejala klinik yang ditimbulkan
oleh parasit,
7.
reaksi immunologis yang timbal
pada manusia,
8.
cara untuk menegakkan diagnosis
yang spesifik,
9.
pengobatan yang tepat untuk
memberantas parasit, Serta
10.
cara pencegahan untuk perorangan
atau masyarakat agar tidak terinfeksi oleh parasit.
1. Sejarah
Tanggal dan tahun parasit ditemukan oleh
para peneliti, diidentifikasi, dan penemuan penting Berta pengetahuan mengenai
parasit tersebut.
2. Penyebaran
Faktor-faktor lingkungan, perilaku
masyarakat dan perorangan yang mempunyai peran penting dalam penyebaran
parasit.
3. Habitat
Tempat di dalam tubuh manusia yang
tertentu, disenangi parasit, dimana parasit menetap dan menjadi dewasa setelah
terjadi perkembangbiakan secara seksual.
4. Morofologi
Susunan tubuh dan parasit, balk dalam
bentuk dewasa, stadium telur, maupun stadium larva.
5. Cara inftksi
Cara masuknya parasit ke dalam tubuh
manusia, setelah apa, bersama apa, dan melalui apa, menelan telur, larva
menembus kulit, atau melalui hospes perantara, atau melalui vektor penular parasit.
6.
Gejala klinik
Akibat yang ditimbulkan oleh keberadaan
parasit dalam tubuh manusia, baik sebagai akibat toksin, lesi-lesi patogenik
(traumatik) ataupun akibat perampasan makanan yang digunakan oleh parasit dalam
memenuhi fasilitas hidupnya di dalam tubuh hospes.
7.
Reaksi immunologi
Reaksi yang timbul sebagai akibat dari masuknya parasit ke
dalam tubuh hospes, yang disebut sebagai imunitas yang terdiri dari imunitas
bawaan yang berhubungan erat dengan susunan genetik seseorang dan imunitas yang
didapat yang dibentuk secara berangsur-angsur sesudah mendapat infeksi secara
alamiah atau ditimbulkan secara buatan.
8.
Cara-cara untuk menegakkan
diagnosis
Yaitu cara yang dilakukan di laboratorium untuk mengetahui
parasit apa yang dikandung penderita.
Dalam pemeriksaan ini, biasanya dapat
dilakukan pemeriksaan:
1) tinja,
2) darah,
3) urine,
4) sputum,
5) biopsi, dan
6) uji serologic.
9.
Pengobatan
Dalam pengobatan pada penyakit yang ditimbulkan oleh
parasit diusahakan agar obat yang dipakai adalah dengan efek parasitisida yang
maksimum tetapi dengan efek samping yang minimum pada hospes.
10.
Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi parasit dapat dilakukan
rnelalui tindakan-tindakan sebagai berikut.
1)
Terapi pencegahan, yaitu membunuh
parasit yang ada dalam tubuh hospes, hingga mencegah penyebaran parasit kepada
orang lain.
2)
Menghilangkan infeksi dalam tubuh
hospes reservoir din destruksi hospes perantara atau membasmi stadium infektif
dari parasit yang berada di luar tubuh hospes.
3)
Pencegahan perorangan, yaitu
menghindarkan seseorang berkontak dengan stadium infektif dari parasit.
4)
Pencegahan klinis atau terapi
supresif, yaitu pemberian obat untuk menghilangkan gejala klinis dengan terapi
spesifik.
No comments:
Post a Comment