Mata Kuliah :
Parasitologi
Semester : II A
Dosen :
Sulasmi, SKM., M.Kes
ANTRHOPODA
NYAMUK ANOPHELES
Oleh
:
MUHAMMAD RUSDI
PO.71.3.221.11.1.018
TINGKAT IA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN
MAKASSAR
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah
SWT, karena berkat rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya jualah maka makalah ini
dapat rampung sesuai waktu yang telah direncanakan. Walaupun sederhana keadaanya, namun diharapkan akan dapat memberi manfaat sesuai
tujuan yang akan digapainya.
Disadari bahwa makalah Antrhopda Nyamuk
Anhopheles ini masih jauh dari sempurna.
Apa yang tersirat sungguh sulit
untuk menuliskannya dengan benar, dan apa yang tersurat pun masih sulit untuk
dipahami maknanya. Hal itu sebagai
bukti adanya kekurangan pada penyusun.
Oleh karena pada kesempatan ini sangat diharapkan adanya kritik yang membangun
demi kesempurnaan penyusunan bahan sejenis di masa yang akan datang. Selesainya penyusunan makalah parasitologi
ini tidak lepas dari adanya dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada mereka semua.
MAKASSAR, 17 JUNI 2012
PENYUSUN
DARTAR
ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A.
Klasifikasi Nyamuk Anopheles..................................................... 3
B.
Morfologi Anopheles.................................................................... 5
C.
Bionomik (
Perilaku Nyamuk )...................................................... 7
1.
Perilaku saat
menghisap darah................................................ 7
2.
Perilaku
pada waktu hinggap dan beristirahat........................ 7
3.
Perilaku
pada saat berkembang biak....................................... 7
D.
Siklus Hidup
Nyamuk Anopheles................................................. 8
E.
Pengendalian
Nyamuk Anopheles................................................. 8
1.
Pengendalian
yang mungkin dan sudah di lakukan................ 8
2. Pengendalian Dengan Cara Kimia.......................................... 10
3.
Pemanfaatan
Ekstrak Daun Zodia.......................................... 10
F.
Repellent....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................ 13
A.
Kesimpulan.................................................................................... 13
B.
Saran.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan
menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang
rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor
yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara
langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah
diartikan diatas.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan
10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh
terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat
bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan
Phylum chordata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai
tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya
disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak
binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam
menyebabkan kesehatan
pada
manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus
di
tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan
kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat
tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih
cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi
dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan
tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan
kejadian luar biasa (KLB) malaria. Sehingga pada makalah ini yang akan dibahas
hanya mengenai nyamuk Anopheles yang
merupakan vektor penyebab penyakit malaria dan pengendaliannya.
Anopheles
(nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk. Terdapat 400 spesies nyamuk
Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan malaria secara alami. Anopheles
gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit
malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus
adalah penyebar malaria di Asia. Anopheles juga merupakan vektor bagi cacing
jantung anjing Dirofilaria immitis.
Nyamuk ini banyak terdapat di rawa-rawa,
saluran-saluran air, dan permukaan air yang terekspos sinar matahari. Ia
bertelur di permukaan air. Nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau
membentuk sudut. Sering hinggap di dinding rumah atau kandang. Warnanya
bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih.
Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari. Banyak jenis nyamuk Anopheles
yang bisa menyebabkan penyakit malaria. Ada Anopheles sundaicus yang banyak
terdapat di air payau, seperti di Kepulauan Seribu. Nyamuk ini berkembang biak
di lingkungan yang banyak ditumbuhi ganggang. Ia akan meletakkan telurnya di
ganggang hijau yang banyak reniknya, sehingga begitu menetas, jentiknya langsung
mendapat makanan renik yang hidup di antara ganggang tersebut.
Penyakit malaria yang ditimbulkan pun jenisnya
bermacam-macam, tergantung jenis parasitnya. Semisal, ada malaria falsiparum,
vivak, ovale, dan malariae. Selain itu, nyamuk Anopheles bisa juga menyebabkan
penyakit kaki gajah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles
sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460
spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan
malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan
penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri,
terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.
Anopheles gambiae
adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam
kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar
malaria di Asia.
Urutan penggolongan
klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda / Insecta
Sub Class : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Sub Famili : Anophellinae
Genus : Anopheles
Spesies Anopheles
Ada
beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria
di Indonesia antara
lain :
a. Anopheles sundauicus
Spesies
ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya
ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh–tumbuhan enteromopha,
chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik
ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari
permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
b. Anopheles
aconitus
Di
Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan
Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di
daerah kaki gunung pada ketinggian 400–1000 meter dengan persawahan bertingkat.
Nyamuk ini merupakan vector pada daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama
di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
c. Anopheles barbirostris
Spesies
ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran
rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada
tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang
agak teduh seperti pada sawah dan parit.
d. Anopheles
kochi
Spesies
ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada
tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau,
kubangan, dan sawah yang siap ditanami.
e. Anopheles maculatus
Penyebaran
spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini
terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air
laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
f.
Anopheles subpictus
Spesies
ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi
dua spesies yaitu :
1)
Anopheles subpictus subpictus
Jentik
ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan dalam air payau dengan
kadar garam tinggi.
2)
Anopheles subpictus malayensis
Spesies
ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada
air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit.
g.
Anopheles balabacensis
Spesies
ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang,
pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.
B.
Morfologi Anopheles
Morfologi
nyamuk anopheles berbeda dari nyamuk culex.
a. Telur
anopheles diletakkan satu persatu di atas permukaan air sehingga seperti
membentuk perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan
mempunyai sepasang pelampung pada lateral.
b. Larva
anopheles tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, spirakel pada
posterior abdomen, tergel plate pada tengah sebelah dorsal abdomen dan sepasang
bulu palma pada lateral abdomen.
c. Pupa
anopheles mempunyai tabung pernafasan berbentuk seperti trompet yang lebar dan
pendek , digunakan untuk mengambil oksigen dari udara
d. Nyamuk
dewasa pada jantan memiliki ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club
form) pada betina ruasnya mengecil. Sayap bagian pinggir (kosta dan vena I )
ditumbuhi sisik-sisik sayap berkelompok membentuk belang hitam putih, ujung
sayap membentuk lengkung. Bagian posterior abdomennya melancip.
Malaria merupakan penyakit yang dapat
bersifat akut maupun kronik, malaria disebabkan oleh protozoa dari genus
plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali.
Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :
a.
plasmodium
falciparum sebagai
penyebab Malaria Tropika.
b.
plasmodium vivaks sebagai
penyebab penyakit Malaria Tertiana.
c.
plasmodium malariae sebagai
penyebab penyakit Malaria Quartana.
d. plasmodium
ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa
dengan Malaria Tertiana.
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai
2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual didalam hospes vertebrata
dikenal sebagai skizogoni dan siklus seksual yang terbentuk sporozoit
disebut sebagai sporogoni.
1) Skizogoni
Sporozoit infektif
dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam aliran darah
hospes vertebrata (manusia) melalui tusukkan nyamuk, dalam waktu 30 menit
memasuki sel parenkim hati, mulai stadium eksoeritrositik dari daur hidupnya.
Di dalam sel hati parasit tumbuh skizon.
2) Sporogoni
Sporogoni terjadi
didalam nyamuk. Gemetosit yang masuk bersama darah, tidak dicernakan
bersama sel–sel darah lain. Pada Mikrogametosit jantan titik kromatin
membagi diri menjadi 6–8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir
beberapa filament dibentuk seperti cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu
yang menjadi 6–8 mikrogametber inti tunggal, didesak keluar akhirnya lepas
dari sel induk. Proses ini disebut sebagai aksflagelasi.
Sementara makrogametosit
betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri atas sebuah badan
dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan sekelompok kromatin ditengah.
Pembuahan (fertilisasi) terjadi karena masuknya satu mikrogamet kedalam
mikrogamet untuk membentuk Zigot.
C.
Bionomik ( Perilaku
Nyamuk )
1. Perilaku
saat menghisap darah
Hanya nyamuk betina yang sering
menghisap darah nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan
suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik) serta
mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 Km sampai dengan 2 Km. Waktu antara nyamuk
menghisap darah yang mengandung Gametosit sampai mengandung sporozoit dalam
kelenjar liurnya, disebut masa tunasekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk
infektif.
Untuk terjadi penularan
penyakit malaria harus ada empat faktor yaitu:
1. Parasit
(agent / penyebab penyakit malaria)
2. Nyamuk
Anopheles (vektor malaria)
3. Manusia
(host intermediate)
4.
Lingkungan (environment)
Empat faktor terjadinya penularan
malaria
2. Perilaku
pada waktu hinggap dan beristirahat
Nyamuk Anopheles lebih suka hinggap di batang-batang
rumput, di alam atau luar rumah (Eksofilik) yaitu tempat-tempat lembab,
terlindung dari sinar matahari, gelap.
3. Perilaku
pada saat berkembang biak (Breeding Place)
Nyamuk Anopheles dapat berkembang
biak ditempat-tempat yang airnya tergenang seperti sawah, irigasi yang bagian tepinya
banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya.
D.
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup
, yang termasuk dalam metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya
terdapat stage/fase pupa. Telur ke larva mengalami pengelupasan
kulit/eksoskelet 4 kali) lalu pupa dan menjadi nyamuk dewasa Waktu pertumbuhan
2 sampai 5 minggu tergantung pada spesies, makanan yang tersedia, dan suhu
udara.
E.
Pengendalian
Nyamuk Anopheles
1.
Pengendalian yang mungkin dan sudah
di lakukan
Nyamuk Anopheles dewasa ini
banyak sekali metode pengendalian vector dan binatang pengganggu yang telah
dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang telah dikenal dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1) Pengendalian
dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles.
a. Penggunaan
kawat kasa pada ventilasi.
Dimana
keadaan rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat kasa ini
berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
b. Menggunakan
kelambu pada waktu tidur.
Kebiasaan
menggunakan kelambu pada tempat yang biasa di pergunakan sebagai tempat tidur
dan di gunakan sesuai dengan tata cara penggunaan kelambu untuk tempat tidur
dan waktu penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah.
c. Menggunakan
zat penolak (Repellent).
Untuk
kebiasaan penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu nyamuk
menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada waktu lain di malam hari.
2) Pengendalian
dengan cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk dewasa.
3) Pengendalian
dengan cara menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan, yang termasuk
kegiatan ini adalah :
a. Penimbunan
tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air.
b. Pengeringan
berkala dari satu sistem irigasi.
c. Pengaturan
dan perbaikan aliran air.
d. Pembersihan
tanaman air dan semak belukar.
e. Pengaturan
kadar garam misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang.
4) Pengendalian
Cara Biologi.
Pengendalian
dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya (predator)
atau dengan menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta
jenis-jenis nematoda.
5) Pengendalian
Cara Fisika-Mekanik.
Pengendalian
dengan Fisika-Mekanik ini menitik beratkan usahanya pada penggunaan dan
memanfaatkan faktor-faktor iklim kelembaban suhu dan cara-cara mekanis.
6) Pengendalian
dengan cara pengolaan lingkungan (Environmental management).
Dalam pengendalian dengan cara
pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu .
a. Perubahan
lingkungan (Environmental Modivication).
Meliputi kegiatan setiap pengubahan
fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman yang bertujuan untuk
mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk tanpa
menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kuwalitas lingkungan hidup
manusia. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling),
pengertian (draining), perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan,
sehingga vektor dan binatang penganggu tidak mungkin hidup.
b. Manipulasi
Lingkungan (Environment Manipulation)
Sehingga tidak memungkinkan vektor dan
binatang pengganggu berkembnang dengan baik. Kegiatan ini misalnya dengan
merubah kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air atau lumut dan
penanaman pohon bakau pada pantai tempat perindukan nyamuk sehingga tempat itu
tidak mendapatkan sinar matahari.
2.
Pengendalian Dengan Cara Kimia (Chemical
Control)
Pengendalian dengan cara kimia (Chemical
Control) ini disebut juga pengendalian dengan menggunakan pestisida.
Pestisida adalah suatu zat kimia yang dapat membunuh vektor dan binatang pengganggu.
Disamping pengendalian secara langsung kepada vektor, pengendalian secara
kimiawi juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang menunjang kehidupan vektor
dan binatang penggangu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan pestisida untuk
mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang sangat efektif tetapi dapat
menimbulkan masalah yang serius karena dapat merugikan manusia dan lingkungannya.
3.
Pemanfaatan Ekstrak Daun Zodia
Zodia merupakan tanaman asli Indonesia
yang berasal dari daerah Irian (Papua). Oleh penduduk setempat tanaman ini
biasa digunakan untuk menghalau serangga, khususnya nyamuk apabila hendak pergi
ke hutan, yaitu dengan cara menggosokkan daunnya ke kulit.
Selain itu tanaman yang memiliki tinggi
antara 50 cm hingga 200 cm (rata-rata 75 cm) di percaya mampu mengusir nyamuk
dan serangga lainnya dari sekitar tanaman. Oleh sebab itu, tanaman ini sering
di tanam di pekarangan ataupun di pot untuk menghalau nyamuk. Aroma yang dikeluarkan
oleh tanaman zodia cukup wangi.
Biasanya tanaman ini mengeluarkan aroma
apabila tanaman tergoyah oleh tiupan angin hingga di antara daunnya saling
menggosok maka keluarlah aroma yang wangi.
Saat ini sebagian masyarakat menyimpan
tanaman zodia pada pot didalam ruangan sehingga selain memberikan aroma yang
khas, juga aromanya dapat menghalau nyamuk didalam ruangan. Namun demikian tidak
berarti bahwa nantinya di dalam ruangan terdapat bangkai nyamuk sebagai akibat
dari tanaman ini, nyamuk hanya terusir karena tidak menyukai aroma dari tanaman
ini. Penyimpanan tanaman juga sering diletakkan disekitar tempat angin masuk ke
dalam ruangan, nyamuk yang hendak masukpun terhalau.
F.
Repellent
Repellent adalah
substansi yang digunakan untuk melindungi manusia dari gangguan nyamuk dan
serangga pengigit lainnya. Secara umum repellent dibagi menjadi 2 kategori,
yakni repellen kimia dan Repellen alami. Repellen kimia misalnya DEET (N, N
diethyl-m-Toluamide). Repellen alami dapat digunakan peptisida nabati.
Peptisida nabati menimbulkan residu relative rendah pada bahan makanan dan lingkungan
serta dianggap lebih aman dari pada pestisida sintesis. Pestisida nabati dapat
diperoleh melalui tumbuhan penghasil insektisida nabati. Insektisida nabati
adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta.
Tumbuhan yang biasa digunakan sebagai
insektisida nabati salah satunya dlingo. Bagian tumbuhan yang digunakan
rimpangnya, rimpang dlingo dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berbentuk
tepung dan minyak. Rimpang dlingo mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai
bahan insektisida yang berkerja sebagai repellen (penolak serangga) tanaman
lainnya bisa menggunakan pyrethrum, serai, zodia, gerainium, rosmery, soga,
bitung, babandotan.
Repellent digunakan
dengan cara menggosokkan pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian. Oleh
karena itu repellen mempunyai syarat.
a. Sifat
fisio kimia seperti stabilitas, kompatibel (dengan bahan lain dalam formulasi)
b. Efektif
dan berefek lama sebagai repellen
c. Bersifat
spektrum luas (efek terhadap macam jenis serangga)
d. Toksisitas
rendah, tidak berbahaya, tidak menyebabkan iritasi
e. Nyaman
digunakan
f. Tidak
merusak pakaiaan, tahan air
g. Sumber
bahan banyak, teknologi industri sederhana, biaya rendah, harga terjangkau
Efektifitas penggunaan repellen
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komponen kimia bahan aktif, titik
didih dan kecepatan penguapan, jenis serangga target, pemakai (lingkungan,
kelembaban udara, temperature atmosfer, dan sirkulasi udara). Pengendalian
nyamuk dengan Repellen mempunyai keuntungan misalnya digunakan secara
perorangan dengan mudah, mencegah polusi lingkungan, dan toksistas rendah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nyamuk Anopheles adalah
nyamuk vektor penyakit malaria. Anopheles
gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit
malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus
adalah penyebar malaria di Asia. Hanya nyamuk betina yang sering menghisap
darah dan nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan suka
menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik).
Adapun pencegahan atau pengendalian yang dapat
dilakukan, yaitu dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles,
pengendalian dengan menggunakan pestisida, pemanfaatan ekstrak daun zodia atau menggunakan repellent.
B.
Saran
Untuk pencegahan
pribadi Tidak keluar rumah antara senja sampai malam hari, Bila terpaksa
keluar, sebaiknya mengenakan kemeja atau baju dan celana panjang berwarna
terang.
Untuk para
petugas kesehatan agar Meningkatkan penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan,
melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan
sarang nyamuk, PSN).
DAFTAR
PUSTAKA
Jamil, Anisa.2010. Nyamuk Anopheles. Jakarta:Unimus
Hiswani.2004.
Gambaran Penyaklt Dan Vektor Malaria di
Indonesia.Sumatra utara:USU digital library
materinya sangat membantu proses penyelesaian tugas kanda, thanks
ReplyDelete