Mata
Kuliah : Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu (PVBP)
Dosen : Sulasmi, S.KM, M.Kes
PENGENDALIAN HAMA SECARA KIMIAWI
|
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
7
ADE FITRI PO.71.3.221.11.1.001
IRMAYAENI PO.71.3.221.11.1.009
MARNI PO.71.3.221.11.1.014
RAHMAT FEBRIANDI PO.71.3.221.11.1.030
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN
MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kemurahanNyalah
makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
kami membahas “ Pengendalian Hama Secara Kimiawi “ untuk menambah pengetahuan
dan wawasan pembaca dan terlebih lagi bagi kami sebagai mahasiswa. Meskipun
dalam penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan kami ucapkan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyusun makalah ini, yang tidak
lepas dari kepentingan kami sebagai mahasiswa karena akan mejadi salah satu
sumber pembelajaran kami.
Makassar,…
September 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
B.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengendalia
hama secara kimiawi
B.
Macam-macam
pestisida
C.
Peranan
pestisida
D.
Kelebihan
dan kekurangan pestisida
E.
Klasifikasi
pestisida
F.
Formulasi
pestisida
G.
Cara
menggunakan pestisida
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sejarah manusia kaya dengan peperangan melawan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Lebih dari sepuluh ribu spesies insekta, gulma, nematoda dan
penyakit yang dapat menyerang tanaman yang dibudidayakan. Berbagai cara telah
dikembangkan untuk mengubah keseimbangan ke arah yang menguntungkan manusia.
Salah satunya adalah pengendalian hama menggunakan bahan kimia yaitu pestisida.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun
lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada
dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Telah disadari bahwa pada umumnya pestisida merupakan bahan berbahaya yang
dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan kelestarian
lingkungan hidup. Namun demikian, pestisida juga memberikan manfaat, sehingga
pestisida banyak digunakan dalam pembanguna di berbagai sektor, termasuk
pertanian. Memperhatikan manfaat dan dampak negatifnya, maka pestisida harus
dikelola dengan cara sebaik-baiknya sehingga dapat diperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya.
B. TUJUAN
·
Mengetahui pengertian pengendalian hama
secara kimiawi
·
Mampu memahami cara pengendalian hama
secara kimiawi
·
Mampu menerapkan pengendalian hama
secara kimiawi dalam kehidupan sehari-hari
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengendalian Hama secara Kimiawi
Pengendalian hama secara kimiawi
merupakan upaya pengendalian pertumbuhan hama tanaman menggunakan zat kimia
pembasmi hama tanaman yaitu pestisida. Definisi dari pestisida, ‘pest” memiliki
arti hama, sedangkan “cide” berarti membunuh, sering disebut “pest killing
agent”.
Pengendalian hama ini biasa dilakukan
dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian hama ini
sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalaian hama secara kimiawi
sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit.
Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya.
Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya.
B. Macam-macam pestisida
Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam pestisida, yakni :
a.fungisida :
pengendali cendawan
b.insektisida : pengendali serangga
c.herbisida : pengendali gulma
d.nematisida : pengendali nematoda
e.akarisida : pengendali tungau
f.ovarisida : pengendali telur serangga dan telur tungau
g.bakterisida : pengendali bakteri
h.larvasida : pengendali larva
i.rodentisida : pengendali tikus
j.avisida : pengedali burung
k.mollussida : pengendali bekicot
l.sterillant : pemandul.
b.insektisida : pengendali serangga
c.herbisida : pengendali gulma
d.nematisida : pengendali nematoda
e.akarisida : pengendali tungau
f.ovarisida : pengendali telur serangga dan telur tungau
g.bakterisida : pengendali bakteri
h.larvasida : pengendali larva
i.rodentisida : pengendali tikus
j.avisida : pengedali burung
k.mollussida : pengendali bekicot
l.sterillant : pemandul.
C.
Peranan
Pestisida
Dalam bidang pertanian pestisida
merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida
berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaanya adalah
:
- Harus
kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati.
- Efisien
untuk mengendalikan hama tertentu.
- Meninggalkan
residu dalam waktu yang tidak diperlukan.
- Tidak
boleh persistent, harus mudah terurai.
- Dalam
perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi
persyaratan keamanan yang maksimum.
- Harus
tersedia antidote untuk pestisida tersebut.
- Sejauh
mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota.
- Relatif
aman bagi pemakai.
- Harga
terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai
saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan
penggunaanya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan
pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu
mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama.
Hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat
ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan
dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu,
dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil
50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar
dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian.
Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi
maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola
tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat
dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.
Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
D.
Kelebihan
dan Kekurangan Pestisida
Seperti diketahui pada peranan
pestisida yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa pestisida berperan
besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh OPT.
Pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida banyak dilakukan secara luas oleh
masyarakat, karena pestisida mempunyai kelebihan dibandingkan dengan cara
pengendalian yang lain, yaitu:
- Dapat
diaplikasikan secara mudah.
- Dapat
diaplikasikan hampir di setiap tempat dan waktu.
- Hasilnya
dapat dilihat dalam waktu singkat.
- Dapat
meningkatkan hasil produksi.
- Dapat
diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu yang singkat.
- Mudah
diperoleh, dapat dijumpai di kios-kios pedesaan sampai pasar swalayan di
kota besar.
Di samping memiliki kelebihan
tersebut di atas, pestisida harus diwaspadai karena dapat memberikan dampak
negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:
- Keracunan
dan kematian pada manusia, ternak dan hewan piaraan, satwa liar, ikan dan
biota air lainnya, biota tanah, tanaman
- Terjadinya
resistensi, resurjensi, dan perubahan status OPT
- Pencemaran
lingkungan hidup
- Residu
pestisida yang berdampak negatif terhadap konsumen
- Terhambatnya
hasil pertanian (terutama perdagangan dalam ekspor)
Dari kekurangan yang telah
disebutkan di atas, tentunya sudah dapat dilihat bahwa pestisida merupakan zat
kimia yang berbahaya dan dapat menimbulkan dampak buruk yang dapat merugikan
manusia maupun lingkungan. Penyuluhan untuk menggunakan pestisida dengan aman
dan benar sangatlah diperlukan. Sebelum menggunakan pestisida dalam
pengendalian OPT akan lebih baik bila pengguna mengenal seluk beluk mengenai
pestisida dan cara penggunaannya sesuai fungsinya agar dapat mengaplikasikan
pengendalian dengan aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar
dalam arti 5 tepat, yaitu:
- Tepat
jenis pestisida.
- Tepat
cara aplikasi.
- Tepat
sasaran.
- Tepat
waktu, dan
- Tepat
takaran.
E.
Klasifikasi
Pestisida
Menurut Soemirat (2003), pestisida
dapat diklasifikasikan berdasarkan organisme target, struktur kimia, mekanisme
dan atau toksisitasnya. Berikut klasifikasi pestisida berdasarkan organisme
targetnya :
- Akarisida,
berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau
kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.
- Algisida,
berasal dari kata alga yang dalam bahas latinnya berarti ganggang laut.
Berfungsi untuk membunuh melawan alga.
- Avisida,
berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol
populasi burung.
- Bakterisida,
berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi
untuk melawan bakteri.
- Fungisida,
berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti
jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
- Herbisida,
berasal dari kat latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi
membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
- Insektisida,
berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga
- Larvasida,
berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
- Molluksisida,
berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek.
Berfungsi untuk membunuh siput.
- Nematisida,
berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti
benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di
akar).
- Ovisida,
berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh
telur.
- Pedukulisida,
berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
- Piscisida,
berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh ikan.
- Rodentisida,
berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk
membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
- Predisida,
berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk
membunuh pemangsa (predator).
- Silvisida,
berasal dari kat latin yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh
pohon.
- Termisida,
berasal dari kata Yunani termes ang berarti serangga pelubang daun.
Berfungsi untuk membunuh rayap.
Berikut ini beberapa bahan kimia
yang termasuk pestisida, namun namanya tidak menggunakan akhiran sida:
- Atraktan,
zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik.
Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan
perangkap.
- Kemosterilan,
zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang
belakang.
- Defoliant,
zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen,
digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
- Desiccant.
zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
- Disinfektan,
zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
- Zat
pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan
menghentikan pertumbuhan tanaman.
- Repellent,
zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang
lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak
nyamuk.
- Sterilan
tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau
biji gulma.
- Pengawet
kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
- Stiker,
zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin
dan hujan.
- Surfaktan
dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
- Inhibitor,
zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
- Stimulan
tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan
terjadinya buah.
F.
Formulasi
Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus
diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi
oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator
lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi
pestisida yang sering dijumpai:
- Cairan
emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida
yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution),
WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di
muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase
bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida
tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga
komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini
disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur
dengan air dan akan membentuk emulsi.
- Butiran
(granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang
pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam
untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya
terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa
serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen,
dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding
dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang
biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
- Debu
(dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas
bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida
formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya
berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan
dapat mengenai sasaran (tanaman).
- Tepung
(powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri
atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75
persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama
dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble
powder).
- Oli
(oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan
singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan
minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan
ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering
digunakan pada tanaman kapas.
- Fumigansia
(fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap,
gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang
penyimpanan.
G.
Cara
Menggunakan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat
merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan
pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya
tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin,
suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan
mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah
lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan
yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang
menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan
pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis
yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan.
Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping
berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang
digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman
yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan
dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air
yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan
aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan
satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya
tercantum dalam label pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal
penggunaan pestisida,
- Konsentrasi
bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan
yang sudah dicampur dengan air.
- Konsentrasi
formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
- Konsentrasi
larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida
dalam suatu larutan jadi.
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam
seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan
konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume
larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya
kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
- Veri
coarse spray : lebih 300 µm
- Coarse
spray : 400-500 µm
- Medium
spray : 250-400 µm
- Fine
spray : 100-250 µm
- Mist
: 50-100 µm
- Aerosol
: 0,1-50 µm
- Fog
: 5-15 µm
5. Ukuran partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
- Macrogranules
: lebih 300 µm
- Microgranules
: 100-300 µm
- Coarse
dusts : 44-100 µm
- Fine
dusts : kurang 44 µm
- Smoke
: 0,001-0,1 µm
6. Ukuran molekul hanya ada satu macam,
yatu kurang 0,001 µm
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengendalian hama secara kimiawi adalah pengendalian hama menggunakan
bahan kimia yaitu pestisida. Pestisida merupakan salah satu cara pengendalian
terhadap organisme pengganggu tanaman. Pestisida berperan besar dalam bidang
pertanian karena dapat menekan pertumbuhan OPT dan dapat meningkatkan hasil
produktivitas tanaman. Banyak kelebihan-kelebihan pestisida dibandingkan dengan
cara pengendalian lain. Sehingga pestisida menjadi cara pengendalian andalan
dan akhirnya akan menjadikan ketergantungan terhadap pemakaian pestisida
tersebut.
Seperti yang kita ketahui, pestisida merupakan zat kimia berbahaya.
Residunya dapat merusak lingkungan, ekosistem bahkan bisa membahayakan manusia
itu sendiri. Penggunaan pestisida haruslah diaplikasikan dengan cara aman dan
benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat, yaitu:
tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tep```````at sasaran, tepat waktu,
dan tepat takaran.
B.
SARAN
Untuk
itu dalam melakukan pengendalian kimiawi sudah semestinya pengguna pestisida
terlebih dahulu mengetahui apa saja peran pestisida, kelebihan dan kekurangan
pestisida, klasifikasi pestisida, serta cara menggunakan pestisida dengan benar
pestida itu sendiri agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan dampak
negatif yang sekecil-kecilnya.
DAFTAR PUSTAKA
- Anonymous, 2009. http://agriculturesupercamp.wordpress.com/2008/01/25/bijak-memilih-pestisida
- Anonymous, 2009. http://dizzproperty.blogspot.com/2007/05/pencemaran-pestida-dampak-dan-upaya Anonymous, 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Herbisida - 25k
- Anonymous, 2009. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0010/19/iptek/inse10.htm
- Maryati, sri dan
Suharno.2006.Biologi.Jkarta;Erlangga
- Sudjadi, bagoed dan Dra. Siti
Laila. 2006. Biologi sains dalam kehidupan. Jakarta: Yudhistira
No comments:
Post a Comment