Mata
Kuliah :
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu (PVBP)
Semester :
III A
Tingkat :
II A
Dosen :
Sulasmi, SKM., M.Kes
PENGENDALIAN
BIOLOGIS VEKTOR
OlehKelompok5 :
MUHAMMAD RUSDI
SULFAHMI
SARAHSTIKA
MIRSYA ANGGREANI S
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN
MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
PENGENDALIAN
BIOLOGIS
PengendalianBiologikadalahMemperbanyakpemangsadanparasitsebagaimusuhalamibagiserangga,
yang menjadivektoratauhospesperantara
1.
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan
dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh
alaminya
Musuh alami insekta
dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu
diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan
efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit
ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas
insekta
Untuk cara kedua ini
pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi
tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggap terlalu mahal dan
efisiensinya masih perlu dikaji.
2.
Beberapa parasit dari
golongan nematoda, bakteri, protozoa, jamur dan virus dapat dipakai sebagai
pengendali larva nyamuk.
a. Artropoda
juga dapat dipakai sebagai pengendali nyamuk dewasa. Misalnya : Arrenurus
madarazzi.
b. Predator
atau pemangsa yang baik untuk pengendalian larva nyamuk antara lain beberapa
jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran besar, dan larva capung dan Crustaceae.
c. Parasit
dari golongan nematoda :Romanomermis iyengari dan R. culiciforax,
menembus badan larva nyamuk, hidup sebagai parasit sampai larva mati, kemudian
mencari hospes baru.
d. Bakteri
:
Ø Bacillus
thuringiensis (sero type H-14) untuk pengendalian
larva Anopheles.
Ø Bacillus
sphaericus untuk pengendalian larva Culex
quinquifasciatus.
Ø Bakteri
lain yang dapat diharapkan : Bacillus pumilus dan Clostridium
bifermentans.
e. Protozoa
: Pleistophora culicis dan Nosema algerae untuk pengendalian
larva nyamuk.
f. Virus
sitoplasmik untuk pengendalian larva kupu.
g. Jamur
Langenidium giganticum dan Coelomyces stemomilae baik untuk
pengendalian larva nyamuk. Jamur lainnya yang potensial : Tolypocladium
silindrosporum dan Culicinomyces clavisporus. Jamur-jamur tsb. untuk
pengendalian larva Anopheles, Aedes, Culex, Simulium dan Culicoides.
3.
Ikan untuk pengendalian
larva nyamuk :
Ø Panchax
panchax (ikan kepala timah),
Ø Lebistus
reticularis (guppy),
Ø Gambusia
affinis (ikan gabus),
Ø Poecilia
reticulata,
Ø Trichogaster
trichopterus,
Ø Cyprinus
carpio,
Ø Tilapia
nilotica,
Ø Puntious
binotatus,
Ø Rasbora
lateristriata
4.
PembahasanPengendalianBiologis
a. Predator
PengendalianBiologidilakukandengancaramenyebarkan
predator danpatogennyamuk di daerahendemis. Predator pemakan larva yang
dapatdigunakanuntukmengendalikannyamukadalahikanPoeciliareticulata,
Gambussiaaffinis, ikan mas, ikanleledan larva nyamukToxorrhynchites,
kedalamtempatperindukandari larva nyamuksehingga larva nyamuk yang ada di makan
predator pemakan larva, sehinggapopulasi larva di daerahperindukan larva
menurun.
Labellula, atau
masyarakat awam mengenal organisme tersebut sebagai
Capung (dragonfly) termasuk golongan serangga Anisoptera. Nimfa serangga
tersebut yang hidup di dalam air telah lama diketahui sebagai predator larva
nyamuk baik di laboratorium maupun di alam(Hadisuwono, 1997).
b. Patogen
Pengendalian vector menggunakan pathogen contohnya adalah
pemanfaatan bakteri Bacillusthuringiensis. Bacillus thuringiensistoksik
terhadap larva nyamuk dan hasilnya sangat efektif serta tidak menimbulkan kerugian
pada manusia maupun hewan. Bacillus thuringiensis memproduksi toksin yang
menghancurkan sel-sel epitel inang sehingga inang mati (Wakhyulianto, 2005).
Bakteri kitinolitik berpotensi pula sebagai pengendali
biologi beberapa jenis fungi patogen. Potensi lain dari bakteri kitinolitik
yang sampai saat ini belum pernah dilaporkan adalah kemungkinannya digunakan sebagai
agen pengendali hayati terhadap nyamuk khususnya As.Aegypti yang merupakan vector penyebab penyakit demam berdarah.
Hal ini didasarkan bahwa komponen eksoskeleton nyamuk tersebut tersusundari bahankitin
sehingga secara logika dapat didegradasi oleh enzim kitinase yang dihasilkan oleh
bakteri kitinolitik. Kerusakan struktur eksoskeleton larva nyamuk dapat berakibat
pada gangguan pertumbuhan dan kematian (Sri Pujiyanto, 2008).
Bakteri kitinolitik dapat menyebabkan kematian larva
nyamuk. Isolatbakterikitinolitik (LMB1-5 ) ini sangat berpotensi dikaji dan dikembangkan
sebagai galuruntuk pengendalian larva nyamuk Ae.aegypti. Bakteri kitinolitik merusak
struktur eksosekeleton pada larva, yang mengakibatkan terganggunya proses metabolism
dari larva, yang sangat memungkinkan menyebabkan terjadinya kematian dari larva
nyamuk. Selain berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva, bakteri kitinolitik
juga berpengaruh terhadap perubahan morfologi larva yaitu terbentuknya pupa
danimago. Pada perlakuan larva dengan bakteri kitinolitik, tidak ada satu ekorpun
larva yang dapat berubah menjadi pupa danimago. Hal ini semakin memperkuat dugaan
bahwa eksoskeletondari larva telah mengalami kerusakan sehinggga tidak memungkinkan
larva mengalami metamorfosis (Sri Pujiyanto, 2008).
c. Parasit
Romanomermis iyengari. Merupakan organisme yang termasukjenis cacing
Nematoda dan bersifat parasit pada larva nyamuk. Cacing tersebut tumbuh dan
berkembang jadi dewasa di dalam tubuh larva yang menjadiinangnya. Setelah dewasa cacing tersebut keluar
dari tubuh inangnya (larva) dengan jalan menyobek dinding tubuh inang sehingga
menyebabkan kematian inang tersebut (Hadisuwono, 1997).
No comments:
Post a Comment