MATA KULIAH : Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu
Makalah Contoh Binatang Penganggu
DI SUSUN OLEH:
1. ANDI HARIATI NIM:PO.71.3.221.11.1.002
2. MARNAWATI NIM:PO.71.3.221.11.1.013
3.RENITA HAFID NIM:PO.71.3.221.11.1.031
4. NURDIANSYAH B NIM:PO.71.3.221.11.1.024
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI D-III
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt , karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga Makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh
dari kesempurnaan hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis , oleh
karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat kami butuhkan demi kesempurnaan
Makalah ini.
Tiada kata yang berharga yang dapat penulis
persembahkan sebagai imbalan atas segala
Yang diberikan selain doa.
Kiranya Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat kepada kita semua.
Makassar,
12 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….... 1
A. Latar belakang…………………………………………………….…… 1
B. Tujuan ………………………………………………………….… 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….…..…... 2
A.Defenisi Binatang
penganggu ………………………………………….. 3
B. Contoh binatang penganggu dan Penyakit yang disebabkan…………… 3
C. Cara pengendalian…..
…………………………………...…………….. 3
BAB III PENUTUP .………………………………………………………5
A. Kesimpulan ……………………….……………………....…… 5
B. Saran ………………….…………………………....…… 5
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak
aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit
dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor
lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada
penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari
pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal
dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alas an tersebut,
interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari
kesehatan masyarakat.
Moeller (1992),
menyatakan “In it broadsense, environmental health is the segment of public
health that is concerned with assessing, understanding, and controlling the
impacts of people on their environment and the impacts of the environment on
them”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan
bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian,
pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak
lingkungan pada manusia.
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner
yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau
masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang
diduga dapat menimbulkan gangguan kesehtan pada masyarakat dan mempelajari
upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Menurut Notoatmodjo (1996),
kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula.
B. Tujuan
·
Mengetahui
contoh binatang penggangu
·
Mengetahui
penyakit yang disebabkan oleh binatang penggangu
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi binatang penganggu
Binatang
yang dapat menganggu, mrnyerang atau pun menularkan penyakit terhadap manusia,
binatang maupun tumbuhan.
B.
Contoh binatang penganggu dan Penyakit
yang disebabkan :
a. Nyamuk (Mosquito)
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan
hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan
Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari
lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau ke
mamalia lain. Species yang merupakan vektor penting penyebab penyakit pada
manusia antara lain penyakit :
1.
Malaria
Vektor siklik satu-satunya dari malaria
pada manusia dan malaria kera adalah nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk
Anopheles dan Culex keduaduanya dapat menyebabkan malaria pada burung. Secara
praktis tiap species Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak
species bukan vektor alami. Sekitar 110 species pernah dihubungkan dengan
penularan malaria, diantaranya 50 species penting terdapat dimana-mana atau
setempat yang dapat menularkan penyakit malaria.
2.
Filariasis
Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit
filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi. Banyak species Anopheles,
Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari species ini tidak penting
sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus
(fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak
dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum
dari filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes
polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di
beberapa kepulauan Pasifik Selatan . Nyamuk ini hidup diluar kota di
semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung
kelapa dan lubang pohon, mengisap darah dari binatang peliharaan mamalia dan
unggas, tetapi lebih menyukai darah manusia.
3.
Demam Kuning
Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus
yang mempunyai angka kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari
Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di dunia, Nyamuk yang
menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya akan
menjadi infektif selama hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi
selama 12 hari. Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan
Haemagogus, Aedes aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup
disekitar daerah perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat
penampungan air sekitar rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik
yang terdapat didasar penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor
yang mengandung zat organik.
4.
Dengue Hemorrhagic Fever
Adalah penykit endemik yang disebabkan
oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik.
Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi
infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti.
Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang
tahun terutama pada saat musim penghujan.
5.
Encephalitis Virus
Adalah penyakit endemik yang disebabkan
oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik.
Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif,
khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini
merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama
pada saat musim penghujan.
b.
Lalat Rumah (Housefly)
Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat
kediaman manusia di seluruh dunia. Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10
sampai 14 hari, dan lalat dewasa hidup kira-kira satu bulan. Larvanya
kadang-kadang menyebabkan myasis usus dan saluran kencing serta saluran
kelamin.
Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen,
protozoa serta telur dan larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di
alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis,
salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit
sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans,
trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta
c.
Lalat Pasir (Sandfly)
Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam
papataci dan bartonellosisi. Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L.
tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis
Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci atau demam phlebotomus,
penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan
Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif
setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat
di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan
sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah
Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah
pegunungan Andes.
d.
Pinjal (Fleas)
Pinjal hanya penting dalam dunia kedokteran terutama
yang berhubungan dengan penularan penyakit sampar dan endemic typhus. Pinjal
dapat juga bertindak sebagai hospes perantara parasit.
e.
Ticks (Sengkenit)
Sengkenit telah dikenal sebagai vektor penyakit sejak
tahun 1893, ketika Smith dan Kilbourne menemukan species Boophilus annulatus
sebagai vektor penular “demam Texas” pada lembu. Pada beberapa species tidak
saja dapat menularkan penyakit melalui stadium metamorfosis dari pada
sengkenit, tetapi juga melalui telur, kepada generasi berikutnya. Bila penyakit
ini menular di antara binatang peliharaan akan menyebabkan kerugian keuangan
yang besar.
f. Tungau (Mites)
Adalah vektor pada penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan
oleh Rickettsia tsutsugamushi, tungau mengigit manusia menyebabkan luka bernanah
disertai demam yang remiten, lymphadenitis, splenomegaly dan suatu eritema yang
merah sekali. Vektor utamanya adalah Trombicula akamushi dan T. deliensis,
tungau menularkan penyakit pada stadium larva sedangkan larvanya adalah parasit
pada tikus ladang di Jepang dan beberapa tikus rumah dan tikus lading di Taiwan
dan di Indonesia. Manusia merupakan hospes secara kebetulan, larvanya
melekatkan diri pada pekerja di ladang. Penyakit ini dapat ditularkan dari
generasi ke generasi, sehingga larva generasi kedua mampu menginfeksi manusia.
C. Cara pengendalian
1.
Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan
pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas
vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena
penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun
masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang
menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal
ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan
pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk
seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan
densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena
bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan
(karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam,
kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs
terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut
melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan
efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak
banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan
bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih
dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin
atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan
fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes
digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara kimia
untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida.
Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada
gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada
kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun
ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik
terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak
begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah
bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap.
Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak
untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh
manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic
untuk mengusir tikus (fisika).
2.
Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada
pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
v Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
v Pemasangan jarring
v Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak
v Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang
penganggu.
v Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
v Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang
pengganggu.
v Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh
(pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
v Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya
sekaligus peracunan.
v Pembalikan tanah sebelum ditanami.
v Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh
vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik
menggunakan lampu neon).
3.
Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan
dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh
alaminya
Musuh alami insekta
dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu
diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif
dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit
ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini
pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi
tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan
efisiensinya masih perlu dikaji
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Binatang
penggangu merupakan Binatang yang dapat menganggu, menyerang atau pun
menularkan penyakit terhadap manusia, binatang maupun tumbuhan. Pengendalian
binatang penggangu dapat dilakukan secara kimia, fisik, mekanika dan biologis.
B.
Saran
Binatang
penggangu sangat sering dijumpai dilingkungan sekitar, oleh karena itu
kesehatan dan kebersihan lingkungan harus tetap dijaga agar kita dapat
terhindar dari penyakit yang disebarkan oleh binatang penggangu tersebut. Serta
pengendaliannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment