Wednesday 11 July 2012

ANTRHOPODA NYAMUK ANOPHELES


Mata Kuliah     : Parasitologi
Semester          : II A
Description: C:\Program Files\Microsoft Office\MEDIA\OFFICE12\Lines\BD21448_.gif Dosen             : Sulasmi, SKM., M.Kes

ANTRHOPODA
NYAMUK ANOPHELES


Oleh :

MUHAMMAD RUSDI
PO.71.3.221.11.1.018
 TINGKAT IA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK  KESEHATAN  MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012

KATA PENGANTAR

        Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya jualah maka makalah ini dapat rampung sesuai waktu yang telah direncanakan. Walaupun sederhana keadaanya, namun  diharapkan akan dapat memberi manfaat sesuai tujuan yang akan digapainya.
        Disadari bahwa makalah Antrhopda Nyamuk Anhopheles ini masih jauh dari sempurna.  Apa yang tersirat sungguh sulit untuk menuliskannya dengan benar, dan apa yang tersurat pun masih sulit untuk dipahami maknanya. Hal itu sebagai bukti adanya kekurangan pada penyusun. Oleh karena pada kesempatan ini sangat diharapkan adanya kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan bahan sejenis di masa yang akan datang. Selesainya penyusunan makalah parasitologi ini tidak lepas dari adanya dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka semua.
     



MAKASSAR, 17 JUNI 2012

PENYUSUN



DARTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A.                Klasifikasi Nyamuk Anopheles..................................................... 3
B.                 Morfologi Anopheles.................................................................... 5
C.                 Bionomik ( Perilaku Nyamuk )...................................................... 7
1.      Perilaku saat menghisap darah................................................ 7
2.      Perilaku pada waktu hinggap dan beristirahat........................ 7
3.      Perilaku pada saat berkembang biak....................................... 7
D.                Siklus Hidup Nyamuk Anopheles................................................. 8
                   E.                 Pengendalian Nyamuk Anopheles................................................. 8
1.      Pengendalian yang mungkin dan sudah di lakukan................ 8
2.      Pengendalian Dengan Cara Kimia.......................................... 10
                  3.      Pemanfaatan Ekstrak Daun Zodia.......................................... 10
                  F.                  Repellent....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................ 13
A.                Kesimpulan.................................................................................... 13
B.                 Saran.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan Phylum chordata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan
pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus
di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.
 Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria. Sehingga pada makalah ini yang akan dibahas hanya mengenai nyamuk Anopheles yang merupakan vektor penyebab penyakit malaria dan pengendaliannya.
Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk. Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan malaria secara alami. Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia. Anopheles juga merupakan vektor bagi cacing jantung anjing Dirofilaria immitis.
Nyamuk ini banyak terdapat di rawa-rawa, saluran-saluran air, dan permukaan air yang terekspos sinar matahari. Ia bertelur di permukaan air. Nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Sering hinggap di dinding rumah atau kandang. Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari. Banyak jenis nyamuk Anopheles yang bisa menyebabkan penyakit malaria. Ada Anopheles sundaicus yang banyak terdapat di air payau, seperti di Kepulauan Seribu. Nyamuk ini berkembang biak di lingkungan yang banyak ditumbuhi ganggang. Ia akan meletakkan telurnya di ganggang hijau yang banyak reniknya, sehingga begitu menetas, jentiknya langsung mendapat makanan renik yang hidup di antara ganggang tersebut.
Penyakit malaria yang ditimbulkan pun jenisnya bermacam-macam, tergantung jenis parasitnya. Semisal, ada malaria falsiparum, vivak, ovale, dan malariae. Selain itu, nyamuk Anopheles bisa juga menyebabkan penyakit kaki gajah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Klasifikasi Nyamuk Anopheles

Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.
Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.

Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Hexapoda / Insecta
Sub Class        : Pterigota
Ordo                : Diptera
Familia            : Culicidae
Sub Famili       : Anophellinae
Genus              : Anopheles
            Spesies Anopheles
Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria
di Indonesia antara lain :
a.       Anopheles sundauicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh–tumbuhan enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
b.      Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 400–1000 meter dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vector pada daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
c.        Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih,  alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.
d.      Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami.
e.        Anopheles maculatus
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
f.        Anopheles subpictus
Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu :
1)      Anopheles subpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar garam tinggi.
2)      Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit.
g.      Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.

B.     Morfologi Anopheles

Morfologi nyamuk anopheles berbeda dari nyamuk culex.
a.       Telur anopheles diletakkan satu persatu di atas permukaan air sehingga seperti membentuk perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung pada lateral.
b.      Larva anopheles tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, spirakel pada posterior abdomen, tergel plate pada tengah sebelah dorsal abdomen dan sepasang bulu palma pada lateral abdomen.
c.       Pupa anopheles mempunyai tabung pernafasan berbentuk seperti trompet yang lebar dan pendek , digunakan untuk mengambil oksigen dari udara
d.      Nyamuk dewasa pada jantan memiliki ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form) pada betina ruasnya mengecil. Sayap bagian pinggir (kosta dan vena I ) ditumbuhi sisik-sisik sayap berkelompok membentuk belang hitam putih, ujung sayap membentuk lengkung. Bagian posterior abdomennya melancip.
Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :
a.        plasmodium falciparum sebagai
penyebab Malaria Tropika.
b.        plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
c.        plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana.
d.       plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa dengan Malaria Tertiana.
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual didalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni dan siklus seksual yang terbentuk sporozoit disebut sebagai sporogoni.
1)      Skizogoni
Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam aliran darah hospes vertebrata (manusia) melalui tusukkan nyamuk, dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati, mulai stadium eksoeritrositik dari daur hidupnya. Di dalam sel hati parasit tumbuh skizon.
2)      Sporogoni
Sporogoni terjadi didalam nyamuk. Gemetosit yang masuk bersama darah, tidak dicernakan bersama sel–sel darah lain. Pada Mikrogametosit jantan titik kromatin membagi diri menjadi 6–8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir beberapa filament dibentuk seperti cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu yang menjadi 6–8 mikrogametber inti tunggal, didesak keluar akhirnya lepas dari sel induk. Proses ini disebut sebagai aksflagelasi.
Sementara makrogametosit betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri atas sebuah badan dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan sekelompok kromatin ditengah. Pembuahan (fertilisasi) terjadi karena masuknya satu mikrogamet kedalam mikrogamet untuk membentuk Zigot.
C.    Bionomik ( Perilaku Nyamuk )

1.      Perilaku saat menghisap darah

Hanya nyamuk betina yang sering menghisap darah nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 Km sampai dengan 2 Km. Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung Gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunasekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk infektif.
Untuk terjadi penularan penyakit malaria harus ada empat faktor yaitu:
1.      Parasit (agent / penyebab penyakit malaria)
2.      Nyamuk Anopheles (vektor malaria)
3.      Manusia (host intermediate)
4.      Lingkungan (environment)

 







Empat faktor terjadinya penularan malaria
2.      Perilaku pada waktu hinggap dan beristirahat
Nyamuk Anopheles lebih suka hinggap di batang-batang rumput, di alam atau luar rumah (Eksofilik) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung dari sinar matahari, gelap.
3.      Perilaku pada saat berkembang biak (Breeding Place)
Nyamuk Anopheles dapat berkembang biak ditempat-tempat yang airnya tergenang seperti sawah, irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya.

D.   

Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa. Telur ke larva mengalami pengelupasan kulit/eksoskelet 4 kali) lalu pupa dan menjadi nyamuk dewasa Waktu pertumbuhan 2 sampai 5 minggu tergantung pada spesies, makanan yang tersedia, dan suhu udara.

E.     Pengendalian Nyamuk Anopheles

1.      Pengendalian yang mungkin dan sudah di lakukan

Nyamuk Anopheles dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vector dan binatang pengganggu yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang telah dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1)      Pengendalian dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles.
a.       Penggunaan kawat kasa pada ventilasi.
Dimana keadaan rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat kasa ini berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
b.      Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
Kebiasaan menggunakan kelambu pada tempat yang biasa di pergunakan sebagai tempat tidur dan di gunakan sesuai dengan tata cara penggunaan kelambu untuk tempat tidur dan waktu penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah.
c.       Menggunakan zat penolak (Repellent).
Untuk kebiasaan penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu nyamuk menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada waktu lain di malam hari.
2)      Pengendalian dengan cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk dewasa.
3)      Pengendalian dengan cara menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan, yang termasuk kegiatan ini adalah :
a.       Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air.
b.      Pengeringan berkala dari satu sistem irigasi.
c.       Pengaturan dan perbaikan aliran air.
d.      Pembersihan tanaman air dan semak belukar.
e.       Pengaturan kadar garam misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang.
4)      Pengendalian Cara Biologi.
Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya (predator) atau dengan menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta jenis-jenis nematoda.
5)      Pengendalian Cara Fisika-Mekanik.
Pengendalian dengan Fisika-Mekanik ini menitik beratkan usahanya pada penggunaan dan memanfaatkan faktor-faktor iklim kelembaban suhu dan cara-cara mekanis.
6)      Pengendalian dengan cara pengolaan lingkungan (Environmental management).
Dalam pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu .
a.       Perubahan lingkungan (Environmental Modivication).
Meliputi kegiatan setiap pengubahan fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kuwalitas lingkungan hidup manusia. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling), pengertian (draining), perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan, sehingga vektor dan binatang penganggu tidak mungkin hidup.
b.      Manipulasi Lingkungan (Environment Manipulation)
Sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang pengganggu berkembnang dengan baik. Kegiatan ini misalnya dengan merubah kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air atau lumut dan penanaman pohon bakau pada pantai tempat perindukan nyamuk sehingga tempat itu tidak mendapatkan sinar matahari.

2.      Pengendalian Dengan Cara Kimia (Chemical Control)

Pengendalian dengan cara kimia (Chemical Control) ini disebut juga pengendalian dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah suatu zat kimia yang dapat membunuh vektor dan binatang pengganggu. Disamping pengendalian secara langsung kepada vektor, pengendalian secara kimiawi juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang menunjang kehidupan vektor dan binatang penggangu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan pestisida untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang sangat efektif tetapi dapat menimbulkan masalah yang serius karena dapat merugikan manusia dan lingkungannya.

3.      Pemanfaatan Ekstrak Daun Zodia

Zodia merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari daerah Irian (Papua). Oleh penduduk setempat tanaman ini biasa digunakan untuk menghalau serangga, khususnya nyamuk apabila hendak pergi ke hutan, yaitu dengan cara menggosokkan daunnya ke kulit.
 

Selain itu tanaman yang memiliki tinggi antara 50 cm hingga 200 cm (rata-rata 75 cm) di percaya mampu mengusir nyamuk dan serangga lainnya dari sekitar tanaman. Oleh sebab itu, tanaman ini sering di tanam di pekarangan ataupun di pot untuk menghalau nyamuk. Aroma yang dikeluarkan oleh tanaman zodia cukup wangi.
Biasanya tanaman ini mengeluarkan aroma apabila tanaman tergoyah oleh tiupan angin hingga di antara daunnya saling menggosok maka keluarlah aroma yang wangi.
Saat ini sebagian masyarakat menyimpan tanaman zodia pada pot didalam ruangan sehingga selain memberikan aroma yang khas, juga aromanya dapat menghalau nyamuk didalam ruangan. Namun demikian tidak berarti bahwa nantinya di dalam ruangan terdapat bangkai nyamuk sebagai akibat dari tanaman ini, nyamuk hanya terusir karena tidak menyukai aroma dari tanaman ini. Penyimpanan tanaman juga sering diletakkan disekitar tempat angin masuk ke dalam ruangan, nyamuk yang hendak masukpun terhalau.

F.     Repellent

Repellent adalah substansi yang digunakan untuk melindungi manusia dari gangguan nyamuk dan serangga pengigit lainnya. Secara umum repellent dibagi menjadi 2 kategori, yakni repellen kimia dan Repellen alami. Repellen kimia misalnya DEET (N, N diethyl-m-Toluamide). Repellen alami dapat digunakan peptisida nabati. Peptisida nabati menimbulkan residu relative rendah pada bahan makanan dan lingkungan serta dianggap lebih aman dari pada pestisida sintesis. Pestisida nabati dapat diperoleh melalui tumbuhan penghasil insektisida nabati. Insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta.
Tumbuhan yang biasa digunakan sebagai insektisida nabati salah satunya dlingo. Bagian tumbuhan yang digunakan rimpangnya, rimpang dlingo dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berbentuk tepung dan minyak. Rimpang dlingo mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida yang berkerja sebagai repellen (penolak serangga) tanaman lainnya bisa menggunakan pyrethrum, serai, zodia, gerainium, rosmery, soga, bitung, babandotan.
Repellent digunakan dengan cara menggosokkan pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian. Oleh karena itu repellen mempunyai syarat.
a.       Sifat fisio kimia seperti stabilitas, kompatibel (dengan bahan lain dalam formulasi)
b.      Efektif dan berefek lama sebagai repellen
c.       Bersifat spektrum luas (efek terhadap macam jenis serangga)
d.      Toksisitas rendah, tidak berbahaya, tidak menyebabkan iritasi
e.       Nyaman digunakan
f.       Tidak merusak pakaiaan, tahan air
g.      Sumber bahan banyak, teknologi industri sederhana, biaya rendah, harga terjangkau
Efektifitas penggunaan repellen dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komponen kimia bahan aktif, titik didih dan kecepatan penguapan, jenis serangga target, pemakai (lingkungan, kelembaban udara, temperature atmosfer, dan sirkulasi udara). Pengendalian nyamuk dengan Repellen mempunyai keuntungan misalnya digunakan secara perorangan dengan mudah, mencegah polusi lingkungan, dan toksistas rendah.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Nyamuk Anopheles adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia. Hanya nyamuk betina yang sering menghisap darah dan nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik).
Adapun pencegahan atau pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles, pengendalian dengan menggunakan pestisida, pemanfaatan ekstrak daun zodia atau menggunakan repellent.

B.     Saran

Untuk pencegahan pribadi Tidak keluar rumah antara senja sampai malam hari, Bila terpaksa keluar, sebaiknya mengenakan kemeja atau baju dan celana panjang berwarna terang.
Untuk para petugas kesehatan agar Meningkatkan penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN).

DAFTAR PUSTAKA

Jamil, Anisa.2010. Nyamuk Anopheles. Jakarta:Unimus
Hiswani.2004. Gambaran Penyaklt Dan Vektor Malaria di Indonesia.Sumatra utara:USU digital library





1 comment:

  1. materinya sangat membantu proses penyelesaian tugas kanda, thanks

    ReplyDelete