Wednesday 11 July 2012

MATERI PARASITOLOGI


MATERI PARASITOLOGI

A.    Wawasan Ilmu Parasit
Pada waktu sekarang parasitologi tidak mencakup lagi virologi, bakteriologi dan mikrologi, sebab masing-masing ilmu telah tumbuh menjadi disiplin ilmu tersendiri.

Parasitologi sebagai ilmu mencakup pengetahuan tentang parasit dan parasitologi dalam bidang bidang ilmu hayat, Parasitologi mungkin merupakan ilmu yang sifatnya paling multi disipliner, sebab ilmu ini menyangkut setiap fase biologi : anatomi, fisiologi, biokimia, taksonomi dan sebagainya.

Parasistisme adalah hubugan yang majemuk antara parasit, satu atau lebih inang dan lingkungan.

Hubungan inang parasit dapat di kaji dari banyak pendekatan yang berbeda-beda, ahli ilmu perilaku (behaviorist). Mungkin tertarik pada cara parasit itu menyesuaikan diri kepada perilaku jenis inang agar dapat mempertahankan pegangannya untuk hidup, dan sebaliknya mereka mungkin tertarik tentang cara parasit itu mengubah perilaku inang untuk memenuhi kebutuhannya.

Ahli ilmu kekebalan mungkin tertarik pada keseimbangan rawan yang dicapai antara banyak parasit dan inangnya.

Perkembangan kekebalan penyakit parasit yang menguntungkan bagi iang atau tanggapan hypersensitivitas yang dihasilkan oleh parasit.
Ahli biokimia dan ahli faal mungkin tertarik akan fungsi hidup parasit dan ahli patologi jelas tersangkut kepada parasit yang menyebabkan kerusakan jaringan dan nekrosis.
Dokter manusia dan dokter hewan yang berpraktek tertarik terutama dalam diagnosa dan pengendalian penyakit parasit.
Dalam penelitian kepustakaan yang dikerjakan oleh Broto wijaya (1984) di temukan kira-kira 164 jenis parasit obligat yang pernah dilaporkan menular atau menyerang manusia.
Inang alami jenis parasit-parasit tersebut adalah hewan liar dan hewan piaraan. Dari jumlah jenis tersebut 32 jenis termasuk protozoa, 12 jenis termasuk nematode, 5 jenis termasuk pentatomida, 32 jenis termasuk arthropoda.

B.     Sejarah Ilmu Parasit
Cacing dan serangga telah dikenal oleh nenek moyang kita semenjak mereka hidup nomaden cacing parasit telah lama dikenal sebagai penyebab penyakit telah dikenal oleh nenek moyang kita jauh sebelum mereka mengenal bakteri dan protozoa.
Diduga orang pertama yang mengembangkan ilmu parasit adalah Redi (1626 – 1698), seorang ahli ilmu alam bangsa Itali. Ia menemukan larva di dalam daging yang membusuk, dan yang kemudian menjadi lalat. Dalam tahun 1752 Swammerdam dari Jerman membuktikan bahwa kutu tumbuh dari telur. Akan tetapi oleh karena masih kuatnya pengaruh ajaran gereja dan dogma-dogma lain yang hidup dalam masyarakat pada waktu itu, kedua penemu itu tidak berani mengemukakan pendapatnya.

Dengan ditemukannya alat pembesaran oleh Kenaen hoek ( 1632 – 1723). Dari Belanda ; berbagai jenis hewan parasit bersel satu (protozoa) ditemukan. Mulai saat itu teori abnogenesis mulai ditinggalkan Mehlis dalam tahun 1831 mengamati menetasnya larva dari telur cacing daun (trematude). Semenjak itu siklus hidup berbagai parasit dapat ditetapkan kuchen meister dalam tahun 1852 membuktikan bahwa Cystecercus sellulose merupakan stadium peralihan (intermediet) cacing pita pada manusia disebabkan oleh karena penderita makan daing babi yang mengandung cacing stadium peralihan tersebut.

Namun demikian pembuktian kuchen meister tersebut di sangkal oleh Von siebold yang berpendapat bahwa cysticercus itu merupakan cacing pita yang mengalami degenerasi “Hidropis”. Digenerasi itu terdapat pada inang meister itu adalah hal yang benar.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam membuktikan bahwa pengetahuan teori yang tidak berdasar observasi itu tidak benar. Seperti yang telah dikemukakan di atas. Pada jaman dahulu para ahli biologi telah mengenal suatu teori “Abiogenesis”.
Menurut teori ini organisme hidup itu berasal dari benda mati dan itu terjadi karena kehendak dan kekuasaan Tuhan. Ajaran agama juga menyebutkan bahwa manusia pertama juga diciptakan oleh Tuhan dari tanah (benda mati). Secara populer paling tidak dalam hal-hal tertentu, teori “Abrogenesis itu masih dianut dan di percayai kebalikan dari teori “Abiogenesis” adalah teori biogenesis yang menganggap bahwa kehidupan ini berasal dari pra kehidupan. Karenanya menurut teori biogenesis ini organisme hidup itu berasal dari bentuk-bentuk hidup sebelumnya.

C.    Tujuan Pengajaran Parasitologi
Tujuan pengajaran parasitologi bagi peserta didik program studi DIII dan DIV kesehatan lingkungan adalah mengajarkan tentang pengertian siklus hidup, taksonomi dan nomenklatur serta beberapa aspek epidemiologi penyakit parasit baik teori maupun pengalaman praktis dilaboratorium dan lapangan.
Taksonomi diagnostik parasit perlu dipelajari bagi konsep komunikasi ide penyakit parasit. Peserta didik tidak mungkin mengerti akan arti farcioliasis sebagai suatu kesatuan penyakit apabila tidak mengetahui apakah Farciola itu (taksonomi dan nomenklatus) hidup dalam hewan apa (Parasitisme)
Bagaimana hewan penjamu sementara dan inang defisitif tertular (siklus hidup) atau dimana dan bagaimana parasit itu terdapat dan bagaimana dinamika penyakit itu (epidemiologi).



PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI
PARASIT

A.    PARASITOLOGI
Parasitologi ialah ilmu yang berisi kajian tentang organisme Jasad hidup), yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain boat sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga organisme lain tersebut jadi merugi (dirugikan).
Organisme ini disebut: parasit.
(Parasites = organisme yang mengambil makanan; logos = ilmu; sites = makan).
Organisme lain atau organisme yang mengandung parasit disebut hospes = tuan rumah.

B.     PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Parasitologi kedokteran ialah ilmu yang berisi kajian khusus mengenai parasit yang ada hubungannya dengan manusia sebagai hospes, Serta segala akibat yang ditimbulkan oleh hubungan tersebut pada manusia, dan bagaimana cara penanggulangan dari akibat yang terjadi karena hubungan ini.
Dalam Parasitologi Kedokteran, yang paling penting dipelajari adalah Zooparasit yang terdiri dari:
I.                   Protozoologi    : ilmu yang berisi kajian tentang
  Protozoa (Filum Protozoa).
II.                Helmintologi   : ilmu yang berisi kajian tentang cacing.
1.      Filum Nemathelminthes
2.      Filum Platyhelminthes
III.             Entomologi     : ilmu yang berisi kajian tentang
  serangga (Filum Arthropods).

Dari hubungan yang terjadi antara parasit dan hospes dapat terjadi hubungan-hubungan yang disebut sebagai:
-          Parasitisme:
Hubungan dua organisme, yang satu di antaranya mendapat keuntungan dan yang lain dirugikan.
-          Mutualisme.
Hubungan dua organisme yang kedua organisme ini saling mendapat keuntungan satu sama lain.
-          Komensalisme:
Hubungan dua organisme, yang satu organisme diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan dan tidak diuntungkan.
-          Simbiosis:
Hubungan permanen antara dua organisme, dimana kedua belch pihak saling menguntungkan dan tidak bisa hidup sendiri-sendiri atau tidak dapat hidup terpisah.

Macam-macam parasit berdasarkan sifat dan cara hidupnya
     Parasit obligat
Parasit yang tidak dapat sertahan hidup tanpa hospes atau parasit akan coati kalau tidak menemukan hospesnya.
     Parasit permanen Parasit yang hidup pada hospes selama hidupnya.
     Parasit fakultatif Parasit yang dapat hidup bebas dan dapat pula hidup sebagai parasit.
     Parasit insidental Parasit yang secara kebetulan bersarang pada satu hospes.
     Parasit patogen Parasit yang menimbulkan kerusakan pada hospes karena pengaruh mekanik, traumatik, dan toksik.
     Parasit apatogen
Parasit yang hidup dengan mengambil sisa makanan dalam tubuh hospes dengan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan pada hospes.
     Ektoparasit Parasit yang hidup di permukaan tubuh hospes.
     Endoparasit Parasit yang hidup di dalam tubuh hospes.
     Parasit monoksen Parasit yang hanya menghinggapi satu spesies hospes.
     Parasit poliksen Parasit yang dapat menghinggapi berbagai spesies hospes.
     Pseudoparasit Suatu benda asing yang disangka sebagai parasit yang terdapat dalam tubuh hospes.

Cara menulis nama Parasit
Menurut "International Code of Zoological Nomenclature" untuk menuliskan spesies dari parasit, ditentukan dua nama, yaitu: huruf awal nama Genus ditulis dengan huruf besar dan nama spesies ditulis dengan huruf kecil, misalnya: Ascaris lumbricoides.

Macam-macam Hospes
     Hospes definitif
Hospes akhir dimana terdapat parasit dalam stadium dewasa dan di dalam tubuh hospes terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual.
     Hospes paratenik
Hospes dimana parasit hanya terdapat dalam stadium larva dan tidak dapat berkembang-menjadi stadium dewasa dan tidak terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual dan parasit ini dapat ditularkan kepada hospes definitif karena parasit dalam stadium ini merupakan stadium infektif
     Hospes perantara atau hospes intermediate
Manusia atau hewan tempat parasit tumbuh menjadi stadium infektif yang dapat ditularkan kepada hospes lain.
     Hospes reservoir
Hewan yang mengandung parasit yang sama dengan parasit manusia dan dapat menjadi cumber infeksi bagi manusia.
     Hospes obligat
Hospes tunggal yang merupakan satu-satunya spesies yang dapat menjadi tuan rumah dari parasit dewasa.
     Hospes alternatif
Hospes utama yang mengandung parasit, namun ada spesies lain yang dapat sebagai hospes yang mengandung parasit dewasa.
     Hospes insidental
Bila suatu spesies secara kebetulan dapat mengandung parasit dewasa, padahal hospes yang sesungguhnya adalah spesies lain.

Istilah-istilah
Istilah-istilah penting yang Sering ditemukan dalam parasitologi antara lain sebagai berikut.
-          Vektor
Hewan yang di dalam tubuhnya terjadi perkembangan atau pembiakan dari parasit, dan parasit itu dapat ditularkan kepada manusia atau hewan lain. Biasanya yang berperan sebagai vektor ini adalah serangga.
-          Hewan perantara
Hewan yang dapat menularkan bentuk infeksi dari parasit dengan salah satu organ tubuhnya kepada orang lain.

-          Carier
Orang yang mengandung parasit di dalam tubuhnya yang dapat menjadi cumber penularan kepada orang lain, tapi orang tersebut tidak sakit.
-          Zoonosis Parasit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia.
-          Habitat
Tempat hidup parasit dewasa yang disenangi dalam tubuh hospes dimana terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual.

C.    SKEMA DALAM MEMPELAJARI PARASITOLOGI KEDOKTERAN
Dalam mempelajari parasit yang menginfeksi manusia yang menimbulkan manifestasi klinik pada manusia, perlu dipelajari hal-hal yang berhubungan dengan:
1.      sejarah tentang penemuan parasit,
2.      penyebaran parasit secara geografis,
3.      habitat parasit di dalam tubuh manusia,
4.      morfologi dan siklus hidup dari parasit,
5.      cara infeksi dari parasit ke tubuh manusia,
6.      gejala klinik yang ditimbulkan oleh parasit,
7.      reaksi immunologis yang timbal pada manusia,
8.      cara untuk menegakkan diagnosis yang spesifik,
9.      pengobatan yang tepat untuk memberantas parasit, Serta
10.  cara pencegahan untuk perorangan atau masyarakat agar tidak terinfeksi oleh parasit.

1.      Sejarah
Tanggal dan tahun parasit ditemukan oleh para peneliti, diidentifikasi, dan penemuan penting Berta pengetahuan mengenai parasit tersebut.
2.      Penyebaran
Faktor-faktor lingkungan, perilaku masyarakat dan perorangan yang mempunyai peran penting dalam penyebaran parasit.
3.      Habitat
Tempat di dalam tubuh manusia yang tertentu, disenangi parasit, dimana parasit menetap dan menjadi dewasa setelah terjadi perkembangbiakan secara seksual.
4.      Morofologi
Susunan tubuh dan parasit, balk dalam bentuk dewasa, stadium telur, maupun stadium larva.
5.      Cara inftksi
Cara masuknya parasit ke dalam tubuh manusia, setelah apa, bersama apa, dan melalui apa, menelan telur, larva menembus kulit, atau melalui hospes perantara, atau melalui vektor penular parasit.
6.      Gejala klinik
Akibat yang ditimbulkan oleh keberadaan parasit dalam tubuh manusia, baik sebagai akibat toksin, lesi-lesi patogenik (traumatik) ataupun akibat perampasan makanan yang digunakan oleh parasit dalam memenuhi fasilitas hidupnya di dalam tubuh hospes.
7.      Reaksi immunologi
Reaksi yang timbul sebagai akibat dari masuknya parasit ke dalam tubuh hospes, yang disebut sebagai imunitas yang terdiri dari imunitas bawaan yang berhubungan erat dengan susunan genetik seseorang dan imunitas yang didapat yang dibentuk secara berangsur-angsur sesudah mendapat infeksi secara alamiah atau ditimbulkan secara buatan.
8.      Cara-cara untuk menegakkan diagnosis
Yaitu cara yang dilakukan di laboratorium untuk mengetahui parasit apa yang dikandung penderita.
Dalam pemeriksaan ini, biasanya dapat dilakukan pemeriksaan:
1) tinja,
2) darah,
3) urine,
4) sputum,
5) biopsi, dan
6) uji serologic.
9.      Pengobatan
Dalam pengobatan pada penyakit yang ditimbulkan oleh parasit diusahakan agar obat yang dipakai adalah dengan efek parasitisida yang maksimum tetapi dengan efek samping yang minimum pada hospes.
10.  Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi parasit dapat dilakukan rnelalui tindakan-tindakan sebagai berikut.
1)      Terapi pencegahan, yaitu membunuh parasit yang ada dalam tubuh hospes, hingga mencegah penyebaran parasit kepada orang lain.
2)      Menghilangkan infeksi dalam tubuh hospes reservoir din destruksi hospes perantara atau membasmi stadium infektif dari parasit yang berada di luar tubuh hospes.
3)      Pencegahan perorangan, yaitu menghindarkan seseorang berkontak dengan stadium infektif dari parasit.
4)      Pencegahan klinis atau terapi supresif, yaitu pemberian obat untuk menghilangkan gejala klinis dengan terapi spesifik.

Cacing Kremi


Cacing Kremi
(Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis)

A.      Pengertian Cacing Kremi
Parasitologi ialah ilmu yang berisi kajian tentang organisme Jasad hidup, yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain baik sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga organisme lain tersebut jadi merugi (dirugikan).
Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis. Cacing kremi termasuk dalam Kerajaan:Animalia, Filum: Nematoda, Kelas: Secernentea, Upakelas: Spiruria, Ordo: Oxyurida, Famili: Oxyuridae, Genus: Enterobius.
Description: H:\Oxyuris--40x.JPG                                                                                                   
Cacing kremi (Enterobius vermicularis).
Insiden cacing Enterobius vermicularis tinggi di negara-negara barat terutama di USA yang mencapai 35-41%. Pada daerah tropis insiden lebih sedikit oleh karena cukupnya sinar matahari, udara panas, kebiasaan ke WC dimana sehabis defekasi dicuci dengan air tidak dengan kertas toilet. Akibat dari hal tersebut pertumbuhan telur menjadi terhambat sehingga dapat dikatakan penyakit ini tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi tetapi lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan hidup.
Penularan cacing ini tidak merata pada lapisan masyarakat melainkan menyebar pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama. Enterobiasis sering menyerang anak-anak usia 5-14 tahun. Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan telur.

B.       Morfologi Enterobius Vermicularis
1.      Morfologi telur E. vermicularis.
Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati. (Soedarto, 1995)
Telur cacing E. Vermicularis
2.       Morfologi cacing E. vermicularis.
Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, cacing jantan mempunyai sayap yang dan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8-13 mm x 0,4 mm, cacing betina mempunyai sayap , bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda (double bulb oesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (cervical alae). (Srisari G, 2006)
Cacing Dewasa E. Vermicularis

C.      Siklus Hidup
Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif. E.vermicularis dan tidak diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal migration. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus sehingga jarang ditemukan di dalam tinja. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus,kemudian telur melekat di daerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam. Telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan,telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri. Bila tidak adareinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.
Description: H:\15.jpg
                               Siklus Hidup E. Vermicularis

D.      Infeksi dan Penularan
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1.      Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak – anak menggaruk daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan atau jari – jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. Telur Enterobius vermicularis menetas di daerah perianal kemudian larva masuk lagi ke dalam tubuh (retrofeksi) melalui anus terus naik sampai sekum dan tumbuh menjadi dewasa. Cara inilah yang kita kenal sebagai : autoinfeksi.
2.      Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur yang ada di debu dapat tertelan.
3.      Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi
dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai.
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti asrama atau rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.


E.       Gejala Klinis
1.      Rasa gatal hebat di sekitar anus, kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan). Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing masuk ke dalam vagina).
2.      Rewel (karena rasa gatal).
3.      Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina bergerak ke daerah anus dan meletakkan telurnya disana).
4.      Napsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang, tetapi dapat terjadi pada infeksi berat).
5.      Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

F.       Diagnosis
Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya cacing dewasa atau telur dari cacing E. vermiculsris. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
1.      Cacing dewasa
Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dicuci dalam larutan NaCl agak panas, kemudian dikocok sehingga menjadi lemas, selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dengan larutan fiksasi untuk mengawetkan.
2.      Telur cacing
Telur E. vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya 5% yang positif pada orang-orang yang menderita infeksi ini. Telur cacing E. vermicularis lebih mudah ditemukan dengan teknik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar anus dengan “Scotch adhesive tape swab”.



3.        Pengobatan dan Pencegahan
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa. Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah:
Ø  Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
Ø  Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
Ø  Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
Ø  Mencuci jamban setiap hari
Ø  Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
Ø  Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

1.      Higiene
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan yang baik sehingga terjamin pemeliharaan kesehatannya. (Indan Entjang, 2000:74)
Faktor-faktor Higiene Perorangan :

a.       Kebiasaan mandi
Kesehatan anak sangat penting karena kesehatan semasa kecil menentukan kesehatan pada masa dewasa. Anak yang sehat akan menjadi manusia dewasa yang sehat. Membina kesehatan semasa anak berarti mempersiapkan terbentuknya generasi yang sehat akan memperkuat ketahanan bangsa. Anak harus menjaga kesehatannya sendiri salah satunya membiasakan mandi sehari dua kali, sehingga bisa mengurangi angka infeksi E. Vermicularis.
b.      Kebiasaan mengganti pakain dalam
E. vermicularis melakukan migrasi pada malam hari. Cacing dewasa betina yang mengandung telur melakukan migrasi keluar melalui anus pada malam hari, kemudian bertelur di daerah perianal dan perineum. Telur ini sebagian menempel pada pakaian dalam dan telur tersebut akan menjadi infektif dalam waktu 6 jam.
c.       Kebiasaan mengganti alas tidur
Salah satu penularan E. vermicularis adalah autoinfeksi atau penularan dari tangan kemulut penderita itu sendiri. Hal ini dikarenakan cacing dewasa betina mengandung telur melakukan migrasi keluar anus dan telur terletak di perineum dan perianal, sebagian telur ada yang berguguran di alas tidur kemudian telur menjadi infektif dan akan menginfeksi orang lain dan diri sendiri.
d.      Kebiasaan memotong kuku
Usaha pencegahan penyakit cacingan antara lain: menjaga kebersihan badan, kebersihan lingkungan dengan baik, makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki, membuang air besar di jamban (kakus), memelihara kebersihan diri dengan baik seperti memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan. Agar infeksi Enterobius vermicularis tidak dapat berkurang. Departemen Kesehatan R.I (2001:100)
e.       Kebiasaan Mencuci tangan
Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan tanpa cuci tangan, sehingga telur E. Vermicularis dapat masuk kedalam perut anak.
Kebiasaan penggunaan faeces manusia sebagai pupuk tanaman menyebabkan semakin luasnya pengotoran tanah, persediaan air rumah tangga dan makanan tertentu, misalnya sayuran akan meningkatkan jumlah penderita Enterubiasis.

2.      Sanitasi Lingkungan Rumah
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi lebih baik mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan yang baik sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. (Budioro, B. 1997:85).
Faktor-faktor sanitasi lingkungan rumah antara lain : adanya sinar matahari, jenis lantai kamar tidur, adanya ventilasi, jendela dan genteng kaca yang langsung menyinari tempat tidur, sehingga telur atau cacing dewasa Enterobius vermicularis bisa mati.