TIMBAL (Pb)
oleh Muhammad Rusdi
A.
Pengertian Timbal (Pb)
Logam merupakan kelompok toksikan yang
unik. Logam dapat ditemukan dan menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat
berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia.
Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya
logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di bidang industri,
pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan
dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya
bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam tertentu sangat berbahaya
apabila ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam
tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya
logam Pb.
Timbal/Timah hitam (Pb) tergolong
kedalam logam berat, yang dalam sistem periodik unsur ini terletak pada unsur
golongan IV A, dan periode ke 6. Timah Hitam mempunyai berat atom 207,21; berat
jenis 11,34; bersifat lunak serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan
kilau logam, nomor atom 82 mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih
1.620ºC.
Timbal
termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih
dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam
tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan
terbuang bersama bahan sisa metabolisme.
B.
Sumber Timbal (Pb)
Timbal
adalah sebuah unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah,
tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam bentuk
garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk
timbal organik. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl
Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead (TML). Jenis senyawa ini hampir
tidak larut dalam air, namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik
misalnya dalam lipid. Waktu keberadaan timbal dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti arus angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan namun
dapat ditemukan di udara sebagai partikel. Karena timbal merupakan sebuah unsur
maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan. Timbal
banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia seperti sebagai bahan pembuat baterai,
amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan pipa), perlengkapan medis
(penangkal radiasi dan alat bedah), cat, keramik, peralatan kegiatan
ilmiah/praktek (papan sirkuit/CB untuk komputer) untuk campuran minyak bahan -
bahan untuk meningkatkan nilai oktan.
Konsentrasi
timbal di lingkungan tergantung pada tingkat aktivitas manusia, misalnya di
daerah industri, di jalan raya, dan tempat pembuangan sampah. Karena timbal
banyak ditemukan di berbagai lingkungan maka timbal dapat memasuki tubuh melalui
udara, air minum, makanan yang dimakan dan tanah pertanian.
Berikut
penggolongan sumber timbal (Pb) :
1. Sumber
dari Alam
Kadar Pb yang secara alami dapat
ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu
fosfat dan terdapat didalam batu pasir ( sand stone) kadarnya lebih
besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5 - 25 mg/kg
dan di air bawah tanah (ground water)
berkisar antara 1- 60 μg/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di air
permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10
μg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut
Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07
μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10
μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara
0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian
dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara
0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat
berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite)
dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng)
dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri
dari campuran seng dan tembaga.
2. Sumber
dari Industri
Industri
yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri yang memakai
Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
a. Industri
pengecoran maupun pemurnian.
Industri ini menghasilkan timbal
konsentrat ( primary lead), maupun secondary lead yang berasal
dari potongan logam ( scrap).
b. Industri
batery.
Industri ini banyak menggunakan logam Pb
terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan
dasarnya.
c. Industri
bahan bakar.
Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra
methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga
baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran
Pb.
d. Industri
kabel.
Industri kabel memerlukan Pb untuk
melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel mulai berkurang,
walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan
untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri
kimia, yang menggunakan bahan pewarna.
Pada industri ini seringkali dipakai Pb
karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen
yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan
untuk warna kuning dipakai lead
chromate.
3. Sumber
dari Transportasi
Hasil pembakaran dari bahan tambahan ( aditive)
Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam
berat Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli
dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot
bersama dengan gas buang lainnya.
C.
Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan
Meningkatnya konsentrasi Pb di udara
dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar bensin dalam berbagai senyawa
Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk selama
pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti
letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2%
bahan-bahan lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal
oksida.
Timbal oksida ini terdapat dakam
partikel-partikel yang tersebar dala ruang bakar bensin . Senyawa Pb sukar
larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau lemak (Fardiaz, 1992).
Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan tingkat oktan yang lebih
tinggi, agar pemakaian bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada proses
pembakaran mesin, senyawa ini dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas
buang kendaraan bermotor ke udara, dimana sebagian besar mengandung partikel Pb
berdiameter dibawah 1 mikron. Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas
ukuran partikel yang dapat diserap melalui pernafasan.
Pada proses pembakaran mesin yang
menggunakan bahan bakar bensin, dihasilkan gugus radikal bebas yang dapat menyebabkan
letupan pada mesin, sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi mesin. Untuk
mengatasi hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL atau TML. Tujuannya adalah
untuk mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses pembakaran.
Bahan tersebut akan bereaksi dengan
gugus radikal bebas, dan menghalangi terjadinya reaksi pembentukan PbO. Pb
dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan pengikat, selanjutnya
dikeluarkan melalui system pembuangan dalam bentuk partikel. Partikel yang
mengandung Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan
terjadinya pencemaran udara oleh Pb (Kumar, De, 1979).
Melalui
buangan mesin kendaraan
tersebut unsur Pb terlepas ke udara.
Sebagian di antaranya akan membentuk partikulat di udara bebas dengan unsur–unsur
lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan diserap oleh daun tumbuh –
tumbuhan yang ada di sepanjang jalan.
Timbal yang
terdapat dalam makanan yang diduga berasal dari pencemaran udara dilakukan penelitian
beberapa sampel makanan yang diambil dari pasar di suatu kota. Kadar Pb dalam Beracun
Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam – logam berat, salah satunya
adalah Pb. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan
logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam,
pH tanah, dan spesies tanaman (Darmono dalam Charlena, 2004).
Timbal
sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar, dan
akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam akar dibuktikan
oleh Kohar (2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman kangkung. Pada
tanaman kangkung yang berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36
mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09
mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman kangkung yang berumur 3 minggu, kandungan
Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari tanaman
sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan Pb pada tanaman
kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar. Selain itu, kandungan Pb dalam
tanaman kangkung yang berumur 3 minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak
melebihi ambang batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk
memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.
Perpindahan
Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK
(Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi
kesuburan tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan
ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak
bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya,
maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Menurut Supardi dalam Charlena
(2004), timbal tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu masam.
Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi dengan pengapuran. Pengapuran tanah
mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya oleh tanaman. Timbal akan
diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-ion Ca2+ bersaing
dengan timbal untuk menempati tempat - tempat petukaran pada akar dan permukaan
tanah.
Pencemaran
tanah oleh timbal selain disebabkan oleh limbah B3 dapat pula disebabkan dari
air yang tercemar Pb, kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui
konsentrasi alami Pb dalam sedimen yaitu 10 – 70 ppm.
D. Proses Masuknya Timbal (Pb) Dalam Tubuh Manusia
Jalur masuknya timbal ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernapasan (respirasi), juga melalui saluran pencernaan
(gastrointestinal), kemudian didistribusikan ke dalam darah, dan terikat pada
sel darah. Sebagian Pb disimpan dalam jaringan lunak dan tulang, sebagian
diekskresikan lewat kulit, ginjal dan usus besar, skematis dapat dilihat di
bawah ini :
Absorpsi Penyimpanan Ekskresi
Skema
Metabolisme Pb dalam Tubuh Manusia
Timbal bersirkulasi dalam darah setelah
diabsorpsi dari usus, terutama berhubungan dengan sel darah merah (eritrosit).
Pertama didistribusikan ke dalam jaringan lunak dan berinkorporasi dalam
tulang, gigi dan rambut untuk dideposit (storage). Timbal 90% dideposit dalam
tulang dan sebagian kecil tersimpan dalam otak, pada tulang timbal dalam bentuk
Pb fosfat (Pb3(PO4). Secara teori selama timbal terikat dalam tulang tidak akan
menyebabkan gejala sakit pada penderita. Tetapi yang berbahaya adalah
toksisitas Pb yang diakibatkan gangguan absorpsi Ca karena terjadi desorpsi Ca
dari tulang yag menyebabkan penarikan deposit timbal dari tulang tersebut.
E.
Penyakit Akibat Tercemar oleh Logam Berat Timbal
(Pb)
Menurut ketentuan WHO, kadar Pb dalam
darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb adalah sekitar 10 -25 μg/100 ml. Pada
penelitian yang dilakukan di industri proses daur ulang aki bekas, Suwandi
(1995) menemukan bahwa kadar Pb udara di daerah terpapar pada malam hari
besarnya sepuluh kali lipat kadar Pb di daerah tidak terpapar pada malan hari
(0,0299 mg/m 3 vs 0,0028 mg/m3), sedangkan rata- rata kadar Pb Blood ( Pb -B ) di daerah
terpapar 170,44 μg/100 ml dan di daerah tidak terpapar sebesar 45,43 μg/100 ml.
Juga ditemukan bahwa semakin tinggi kadar Pb- B, semakin rendah kadar Hb nya.
Pada penelitian mengenai kadar Pb di
udara ambien dan hubungan antara kadar Pb-B dengan IQ anak sekolah, Susanto (1997)
menemukan bahwa kadar Pb udara ambien di daerah penelitian sebesar 0,00103
mg/m3, masih dibawah nilai baku mutu yang besarnya 0,060 mg/m3. Didapatkan pula
bahwa kadar Pb-B anak SD di kawasan tertib lalu-lintas (sekitar 39,73 ug/100
ml) lebih tinggi dari kadar Pb-B di luar kawasan tertib lalu lintas (16,30
μg/100 ml). Tidak di temukan pula perbedaan yang bermakna antara IQ anak sekolah
SD di kawasan tertib lalu lintas dan di luar kawasan tertib lalu lintas.
Mukono, et al. (1991) meneliti status
kesehatan dan kadar Pb- B karyawan SPBU (Setasiun Pompa Bensin Umum) di Jawa
Timur, menemukan bahwa pemeriksaan darah lengkap pada karyawan SPBU dengan
penjualan bensin kurang dari 8 ribu liter lebih baik dari karyawan SPBU yang
menjual bensin lebih dari 10 ribu liter per hari. Didapatkan pula bahwa
rata-rata kadar Pb-B karyawan SPBU sebesar 77,59 μg/100 ml. Paparan bahan
tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut :
1.
Gangguan neurologi
Gangguan neurologi (susunan syaraf)
akibat tercemar oleh Pb dapat berupa encephalopathy,
ataxia, stupor dan coma.
Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
2.
Gangguan terhadap fungsi ginjal
Logam berat Pb dapat menyebabkan tidak
berfungsinya tubulus renal, nephropati
irreversible, sclerosis va skuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis
glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan
aminoaciduria dan glukosuria,
dan jika paparannya terus
berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3.
Gangguan terhadap sistem reproduksi
Logam berat Pb dapat menyebabk an
gangguan pada system reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin.
Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat
kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb
dengan kadar yang ren dah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ .
4.
Gangguan terhadap sistem hemopoitik
Keracunan Pb dapat dapat menyebabkan
terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan
kadar zat besi dalam serum. Anemia ri ngan yang terjadi disertai dengan sedikit
peningkatan kadar ALA ( Amino
Levulinic Acid) urine. Pada anak – anak juga terjadi peningkatan ALA
dalam darah.
Efek dominan dari keracunan Pb pada
sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan
bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan Pb pada manusia.
Anemia tidak terjadi pada karyawan industry dengan kadar Pb-B (kadar Pb dalam
darah) dibawah 110 ug/100 ml.
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak
-anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan Pb. Terdapat
korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar Pb di dalam darah.
5.
Gangguan terhadap sistem syaraf
Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak
lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan
Pb dapat menyebabkan lead
encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang
tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi
dan menurunnya kecerdasan.
Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B)
sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak
adanya gejala lead encephalopathy.
Gejala yang timbul pada lead
encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan
penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh
Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan
tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas
atau gangguan psikologis jika terpapar Pb pada anak berusia 21 bulan sampai 18
tahun.
Untuk melihat hubungan antara kadar Pb
-B dengan IQ (Intelegance Quation)
telah dilakukan penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi
sosial ekonomi dan etnis yang sama.
Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar
40-60 μg/ml ternyata mempunyai IQ lebih rendah apabila dibandingkan dengan sampel
yang kadar Pb-B kurang dari 40 μg/ml. Pada dewasa muda yang berumur sekitar 17
tahun tidak tampak adanya hubungan antara Pb-B dan IQ.
6.
Gangguan
terhadap Sistem Gastrointestinal
Gejala awal muncul pada konsentrasi
timbal dalam darah sekitar μg/100 ml, gejala-gejala tersebut meliputi kurangnya
nafsu makan, gangguan pencernaan, gangguan epigastrik setelah makan, sembelit
dan diare.
Jika kadar timbal dalam darah melebihi
100 μg/100 ml, maka kecenderungan untuk munculnya gejala lebih parah lagi yaitu
bagian perut kolik terus menerus dan sembelit yang lebih parah. Jika gejala ini
tidak segera ditangani, maka akan muncul kolik yang lebih specifik. Konsentrasi
timbal dalam darah di atas 150 μg/100 ml penderita menderita nyeri dan
melakukan reaksi kaki ditarik - tarik ke arah perut secara terus menerus dan
menggeretakkan gigi, diikuti keluarnya keringat pada kening. Jika tidak
dilakukan penanganan lebih lanjut maka kolik dapat terjadi selama beberapa
hari, bahkan hingga satu minggu.
7.
Risiko
Pada Sistem Kardiovascular
Tahap akut keracunan timbal khususnya
pada pasien yang menderita kolik, tekanan darah akan naik. Jika terjadi hal
demikian, maka pasien tersebut akan mengalami hipotonia. Kemungkinan kerusakan
miokardial harus diperhatikan. Suatu penelitian menyebutkan bahwa jenis
kelainan perubahan elektrokardiografis pada 70% dari total pasien yang
ditangani. Temuan utama dari penelitian adalah takhikardia, atrial disritmia,
gelombang T dan atau sudut QRS - T yang melebar secara tidak normal.
8.
Risiko
Pada Sistem Reproduksi Dan Endokrin
Efek reproduktif meliputi berkurangnya
tingkat kesuburan bagi wanita maupun pria yang terkontaminasi timbal, logam
tersebut juga dapat melewati placenta sehingga dapat menyebabkan kelainan pada
janin berupa cacat pada bayi dan menimbulkan berat badan lahir rendah serta
prematur. Timbal juga dapat menyebabkan kelainan pada fungsi tiroid dengan
mencegah masuknya iodine.
9.
Risiko
Karsinogenik
International Agency for Reseach on
Center (IARC) menyatakan bahwa timbal anorganik dan senyawanya termasuk dalam
grup 2B, kemungkinan menyebabkan kanker pada manusia. Tahap awal proses
terjadinya kanker adanya kerusakan DNA yang menyebabkan peningkatan lesi
genetik herediter yang menetap atau disebut mutasi. Timbal diperkirakan
mempunyai sifat toksik pada gen sehingga dapat mempengaruhi terjadinya
kerusakan DNA/mutasi gen dalam kultur sel mamalia. Patogenesis kanker otak
akibat terpapar timbal adalah sebagai berikut: timbal masuk ke dalam darah
melalui makanan dan akan tersimpan dalam organ tubuh yang mengakibatkan
gangguan sintesis DNA, proliferensi sel yang membentuk nodul selanjutnya
berkembang menjadi tumor ganas.
10. Diagnosis Keracunan Timbal (Pb)
Pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan diagnosis pasti dari toksisitas timbal: tes darah terhadap kadar
timbal dan protoporfirin serta tes urin terhadap kadar timbal dan koproporfirin
dapat menunjukkan indikasi adanya keracunan. Bukti lain yang banyak dikenal
dari kontaminasi timbal adalah garis-garis berwarna kebiruan pada bagian pangkal
gigi. Garis - garis tersebut dikenal dengan nama garis Burtoni, garis tersebut
tersusun dari sulfida timbal. Sejumlah eksperimen pada hewan menunjukkan
pengaruh karsinogenik.
background nya terlalu gelap, jadi kurang nyaman baca nya
ReplyDelete