BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk
hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang
mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan
bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor
ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang
berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva
pertumbuhannya.
Seperti
makhluk hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba tentunya tidak lepas dari
pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu dapat berupa faktor
fisika, faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun, pertumbuham mikroba ini
tidak hanya dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi juga mempengaruhi keadaan
lingkungan. Karena ukurannya yang sangat mikroskopis, pertumbuhan mikroba
sangat tergantung pada keadaan sekelilingnya (Pelczar dan Chan, 2006).
Faktor
temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme
sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan
maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu
mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil (Suharni, 2009).
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud pertumbuhan mikroorganisme.
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
3. Untuk
mengetahui penggolongan mikroba berdasarkan suhu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan
pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel
yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan
yang irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan
didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur
organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah,
pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain.
Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel
maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Pertumbuhan didefiniskkan sebagai penambahan jumlah sel atau biomassa yang
berurutan dan teratur seiring dengan waktu. Pertumbuhan meliputi jumlah
sel, berat kering, kandungan protein, kandungan asam nukleat, dan
sebagainya. Bakteri biasanya melakukan pembiakan secara aseksual atau
vegetatif. Pembiakan ini berlangsung cepat, jika faktor-faktor luar
menguntungkan. Pelaksanaan pembiakan yaitu dengan pembelahan diri atau divisio.
Jika faktor-faktor luar menguntungkan, maka setelah terjadi pembelahan, sel-sel
baru membesar sampai masing-masing menjadi sebesar sel induk.
Bakteri yang diinokulasikan dalam medium yang sesuai dan pada keadaan yang
optimum bagi pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang sangat tinggi
dalam waktu yang relatif pendek. Pada beberapa spesies, populasi (panen
sel terbanyak yang dapat diperoleh) tercapai dalam waktu 24 jam, populasinya
dapat mencapai 10 sampai 15 milyar sel bakteri per mililiter. Perbanyakan
ini disebabkan oleh pembelahan sel secara aseksual.
Pertumbuhan
mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang
berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan
fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum
pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan
zat kimia toksik, panas atau radiasi.Fase pertumbuhan bakteri adalah
sebagai berikut :
- Fase lag adalah fase dimana bakteri beradapatasi dengan lingkungannya dan mulai bertambah sedikit demi sedikit.
- Fase logaritmik adalah fase dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika ingin mengadakan piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokulum.
- Fase stationer adalah fase dimana jumlah bakteri yang berkembang biak sama dengan jumlah bakteri yang mengalami kematian.
- Fase autolisis (kematian) adalah fase dimana jumlah bakteri yang mati semakin banyak, melebihi jumlah bakteri yang berkembang biak.
Fase
kematian ditandai dengan cepat merananya koloni dan jumlah bakteri yang mati
senantiasa bertambah. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa minggu
bergantung pada spesies dan keadaan medium serta faktor-faktor
lingkungan. Kalau keadaan ini dibiarkan terus menerus, besar kemungkinan
bakteri tidak dapat dihidupkan kembali dalam medium baru. Cara menghitung
jumlah bakteri untuk membuat grafik pertumbuhan, yaitu dengan metode penuangan,
penghitungan dengan mikroskop dengan menggunakan haemocytometer, dan
dengan menggunakan turbidometer.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikoorganisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah penyediaaan
nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, faktor fisika, dan faktor kimia.
Meskipun medium yang digunakan amat beragam, namun sebagai makhluk hidup
bakteri mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu meliputi air, karbon, dan
mineral.
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan mikroba.
Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba:
1.
Air
Semua
organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air berperan dalam reaksi
metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat gizi ke dalam sel atau
hasil metabolit ke luar sel. Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk
cair dan apabila air tersebut mengalami kristalisasi dan membentuk es atau
terikat secara kimiawi dalam larutan gula atau garam, maka air tersebut tidak dapat
digunakan oleh mikroorganisme.
Pengaruh air
terhadap pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan sebagai aktivitas air (Aw),
yaitu jumlah air bebas yang tersedia dan dapat digunakan untuk pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan makanan. Jenis mikroorganisme yang berbeda
membutuhkan jumlah air yang berbeda untuk pertumbuhannya. Kebanyakan bakteri
dapat hidup pada Aw >0.90, sedangkan kebanyakan kapang dan khamir
berturut-turut dapat hidup pada Aw >0.70 dan Aw >0.80. Pada Aw yang
rendah, mikroorganisme akan mati karena sel-sel di mikroorganisme akan
berdifusi ke luar sebagai akibat terjadinya proses kesetimbangan osmotik.
Dengan kata
lain, selama konsentrasi solut di luar sel lebih besar dibanding di dalam sel,
maka migrasi air akan terjadi untuk menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air
dari dalam sel menyebabkan sel mati disebabkan oleh dehidrasi.
2.
Suplai Nutrisi
Mikroba sama
dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi
dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Kondisi
tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir
sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
3.
Suhu / Temperatur
Suhu
merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan
:
a.
Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan
pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan
metabolisme akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.
b.
Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat
pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga
sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan
hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme
digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a.
Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di
bawahnya maka pertumbuhan terhenti.
b.
Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung
paling cepat dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi).
c.
Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di
atasnya maka pertumbuhan tidak terjadi.
Sehubungan dengan
penggolongan suhu di atas, maka mikroba digolongkan menjadi :
Tabel 1 : Penggolongan
bakteri menurut suhu
Kelompok
|
Suhu Minimum
|
Suhu Optimum
|
Suhu Maksimum
|
Psikrofil
|
- 15o C.
|
10o C.
|
20o C.
|
Psikrotrof
|
- 1o C.
|
25o C.
|
35o C.
|
Mesofil
|
5 – 10o C.
|
30 – 37o C.
|
40o C.
|
Thermofil
|
40o C.
|
45 – 55o C.
|
60 – 80o C.
|
Thermotrof
|
15o C.
|
42 – 46o C.
|
50o C.
|
Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu :
a.
Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila
dipanaskan pada suhu 60oC selama 10-20 menit.
b.
Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC
selama 10 menit untuk mematikan sel.
c.
Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC
selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC selama 10 menit untuk
mematikan sel.
4.
Kelembaban
Air
sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat
mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri
tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh
pada media yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum.
Pada
umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi
diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang
rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam larutan merupakan nilai
perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1
/ 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk
bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk bakteri
halofilik mendekati 0,75.
Banyak
mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama
seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, kamidiospora dan kista.
Seperti halnya dalam pembekuaan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan
kegiatan metabolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan menyebabkan
kerusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan
naiknya kadar zat terlarut.
5.
Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH
masing-masing dan memiliki pH optimum yang berbeda-beda. Faktor kimia yaitu pH,
setiap jenis bakteri mempunyai pH lingkungan yang optimal (Neutrofil 6.0-8.0),
minimal (Asidofil 2.0-5.0), dan maksimal (Alkalofil, 8.4-9.5) dalam kegiatan
fisiologisnya. Kegiatan fisiologis bakteri berguna dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan melakukan proses biokimia yang berkelanjutan. Dimana
proses ini dikatalisi oleh enzim-enzim. Kemudian adanya zat kimia, dapat berupa
desinfektan dan antiseptik, seperti garam-garam logam, fenol, formaldehid,
alkohol, yodium, zat-zat warna, detergen/sabun, dan antibiotik.
6.
Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki
karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen.
Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi :
a.
Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen
bebas.
b.
Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen
bebas.
c.
Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau
tanpa oksigen bebas.
d.
Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen
dalam jumlah kecil.
7. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri
jika tekanan osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami
plasmolisis. Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan
menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel.
Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada
tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya
adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu
besar.
8.
Faktor
kimia
Mengubah
permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang keluar masuk
sel mikroorganisme menjadi kacau. Oksidasi, beberapa oksidator kuat dapat
mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga fungsi unsur terganggu. Misal,
mengoksidasi suatu enzim.
Terjadinya
ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa enzim.
Sehigga fungsi enzim terganngu.
Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic acid di dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur. Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic acid di dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur. Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor
zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:
Ø Logam-logam
berat
Ø Klor
dan senyawa klor
Ø Fenol
dan senyawa-senyawa sejenis
Ø Zulfonomida
Ø Alkohol
Ø Detergen
Ø Aldehit
Ø Zat
pewarna
Ø Yodium
Ø Peroksida
9.
Pengaruh
mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam tidak dapat
dipisahkan dari adanya organisme lain. Seperti halnya manusia tidak dapat hidup
bila tidak ada tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme di alam ini berada
dalam suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis.
C. Reproduksi
Bakteri
Bakteri berkembang biak secara
aseksual yaitu dengan pembelahan diri menjadi dua (binary fission) dan secara
konyugasi. Sel-sel akan memanjang dan apabila sudah mencapai dua kali ukuran
normal akan membelah di bagian tengah menjadi dua sel yang selanjutnya akan
mengalami pembelahan.
Seksual yaitu pertukaran materi genetik dengan
bakteri lainnya. Pertukaran materi
genetik disebut rekomendasi genetik atau rekomendasi DNA.
Rekombinasi genetik
menghasilkan dua sel bakteri yang
masing-masing memiliki kombinasi materi genetik dari dua sel induk. Rekombinasi
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : Transformasi, Transduksi dan Konyugasi
Ø Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik bahkan satu gen saja
dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya c/ Streptococcus
pneumonia; Neiseeria gonorrhoeae; Bacillus dan Rhizobium.
Ø Transduksi adalah pemindahan sedikit materi genetik satu sel bakteri ke
bakteri lainnya dengan perantara organisme lainnya yaitu bacteriophage.
Ø Konyugasi : terjadi penggabungan gen antara dua sel. Sel bakteri mempunyai plasmid yang membawa
gen disebut faktor sek, memberikan gen tersebut kepada sel yang tidak mempunyai
faktor sek. Faktor sek tersebut
diberikan melalui jembatan sitoplasma yang terbentuk diantara dua sel. Jembatan sitoplasma yang menghubungkan dua
sel itu disebut pili sek.
Jenis kelamin
bakteri tidak dapat ditentukan, hanya saja bakteri yang memberikan DNA disebut
jantan dan sebaliknya bakteri penerima DNA disebut betina.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat
dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel,
pertambahan berat atau massa dan parameter lain.
Ø Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah Air, Suplai Nutrisi, Suhu, pH,
Ketersediaan Nutrisi, Tekanan Osmosis, Faktor kimia dan Pengaruh Mikroorganisme
Sekitarnya.
Ø Penggolongan
mikroba berdasarkan suhu.
o
Psikrofil,
yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-20o
C.
o
Mesofil,
yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
o
Termofil,
yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
B. Saran
Dalam mempelajari atau melakukan pemeriksaan dan
pencegahan Mikroorganisme kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme.
DAFTAR
PUSTAKA
Schlegel, Hans G.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit
Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta.
Thank,"s Kawand
ReplyDelete