Wednesday 7 November 2012

Teknik pengolahan sampah domestik


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Perkembangan dan pertambahan jumlah sampah tidak dapat dibendung lagi. Setiap manusia bertambah, maka secara otomatis, jumlah sumber sampah pun bertambah, baik yang sifatnya sampah rumah tangga, komersil, ataupun industri. Teoretis, setiap orang di kota-kota di Indonesia menghasilkan 2,5-3,5 L/ Orang / Hari dan jika dikalikan dengan jumlah warga Negara Indonesia(WNI), 245 juta jiwa maka setiap harinya sampah yang dihasilkan Warga Negara Indonesia 612,5-857,7 Juta Liter / Hari. Dengan melihat fenomena yang mencengangkan ini, tentu saja semua orang yang ada di Bumi Pertiwi Ini setuju bahwa diperlukan langkah-langkah komperhensif yang mampu mengolah dan mengelola sampah yang ada sehingga tidak berbahaya pada manusia dan lingkungan di sekitarnya.
Limbah atau sampah adalah semua buangan yang dihasilkan oleh semua aktivitas manusia yang berbentuk padat, lumpur(sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Walaupun dianggap sudah tidak berguna dan tidak bermanfaat lagi, namun terkadang masih bisa dimanfaatkan lagi untuk dijadikan bahan baku.
B.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian sampah domestik
2.      Untuk mengetahui sumber-sumber sampah domestik
3.      Untuk mengetahui klasifikasi sampah
4.      Untuk mengetahui teknik pengolahan sampah



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Sampah

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya WHO
Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous). 
Soewedo   (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Sampah domestik adalah bahan-bahan buangan yang dibuang dari rumah atau dapur. Contohnya ialah pakaian lama atau buruk, botol, kaca, kertas, beg plastik, tin aluminium dan juga sisa makanan. Sampah bukan domestik pula ialah bahan-bahan buangan yang dihasilkan dari industri, perusahaan, pasar, dan pejabat. Bahan-bahan buangan ini terdiri daripada berbagai jenis termasuk sisa jualan, sisa pembungkusan dan sisa daripada proses pengilangan. 
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah berasal dari rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar, dsb. Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi: Sampah organik/basah, Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara alami. Kedua Sampah anorganik/kering, Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami. Ketiga Sampah berbahaya, Contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll.

B.       SUMBER-SUMBER SAMPAH DOMESTIK

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
1.        Pemukiman penduduk.
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun.

2.        Tempat umum dan tempat perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3.        Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4.        Industri berat dan ringan.
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5.        Pertanian.
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

C.      Klasifikasi Sampah

Sampah dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai golongan;

1.        Berdasarkan Jenis
a.         Sampah organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa organik, dan berasal dari sisa-sisa tumbuhan (sayur, buah, daun, kayu, dll.), hewan (bangkai, kotoran, bagian tubuh seperti tulang, dll.). Sampah ini bersifat dapat terurai (degradable) sehingga dalam waktu tertentu akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali dengan alam
b.         Sampah an-organik : Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa an-organik, dan berasal dari sisa industri, seperti plastik, botol / kaca, kaleng, logam, dll.. Sampah an-organik umumnya bersifat sukar terurai / sukar lapuk dan tidak lapuk (non-degradable) sehingga akan selalu dalam bentuk aslinya di alam.

2.        Berdasarkan Sumber
a.         Rumah tangga : Sampah rumah tangga dapat bersumber dari kamar mandi dan dapur perumahan, rumah makan, dll. berupa limbah yang merupakan cairan bekas mencuci dan membersihkan sesuatu bahan keperluan sehari-hari.
b.         Industri : Sampah industri dapat bersumber dari pabrik, hotel, labratorium, rumah sakit, dll. berupa limbah yang dibuang yang mengandung berbagai macam bahan bahan kimia.
c.         Pertanian : Sampah pertanian bersumber kawasan pertanian berupa sisa-sisa insektisida dan pupuk, sisa-sisa produk pertanian (sisa sayuran, potongan daun / batang / akar, buah) atau sisa-sisa bekas penanaman.

3.        Berdasarkan Tingkat Kelapukan

a.         Lapuk (garbage) : Sampah yang merupakan bahan-bahan organik; seperti sayuran, buah, makanan. Pelapukan jenis sampah ini dapat terjadi dalam waktu tertentu, sehingga akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali dengan alam.
b.         Sampah susah lapuk dan tidak lapuk (rubbish) : Sampah yang merupakan bahan organik maupun an-organik; seperti; kertas dan kayu (susah lapuk; pelapukan dapat terjadi tetapi dalam waktu yang lama, namun dapat dibakar); kaleng, kawat, kaca, mika (tidak lapuk dan tidak dapat dibakar), serta plastik (tidak lapuk tetapi dapat dibakar).

D.      Dampak Negatif Sampah

Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut:
1.    Gangguan Kesehatan:
a.       Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong penularan infeksi;
b.      Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus;
2.    Menurunnya kualitas lingkungan
3.    Menurunnya estetika lingkungan
Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata;

4.    Terhambatnya pembangunan Negara
Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga menurun. 

E.       Teknik pengolahan sampah


 



















1.         Pewadahan
Pewadahan : penampungan sementara sampah yang dihasilkan di sumber baik individual atau komunal. Dengan adanya pewadahan yang baik, maka: Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat dapat diatasi. Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah dapat dikendalikan. Serta Pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari.
Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka pewadahan dapat dibagi ke dalam :
·         Level 1 : wadah sampah yang menampung sampah langsung dari sumbernya (misalnya diletakkan di dapur, ruang kerja, dll).
·         Level 2 : bersifat sebagai pengumpul sementara, menampung sampah dari wadah level 1 maupun langsung dari sumbernya (misalnya diletakkan di luar kantor, sekolah atau pinggir jalan).
·         Level 3 : merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan menampung sampah dari level sebelumnya.

Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah
No
Pola Pewadahan / Karakteristik
Individual
Komunal
1.
Bentuk / jenis
Kotak, silinder, bin(tong), semua bertutup dan kantong plastik
Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua bertutup
2.
Sifat
Ringan, mudah dipindahkan dan mudah dikosongkan
Ringan, mudah dipindahkan dan mudah dikosongkan
3.
Bahan
Logam, plastik, fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan, kertas
Logam, plastik, fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan
4.
Volume
Pemukiman dan toko kecil (10- 40 liter)
Pinggir jalan dan taman = 30-40 L Untuk permukiman dan pasar = 100-1000 L
5.
Pengadaan
Pribadi, instansi, pengelola
Instansi, pengelola



2.         Pengumpulan
Pengumpulan : pengumpulan sampah dari wadah-wadah di sumber sampah, dengan berbagai sarana seperti gerobak dan truk.
Pola pengumpulan sampah terdiri atas :
·         Pola individual langsung oleh truk pengangkut menuju ke pemrosesan
·         Pola individual tidak langsung, dengan menggunakan pengumpul sejenis gerobak sampah
·         Pola komunal langsung oleh truk pengangkut
·         Pola komunal tidak langsung
·         Pola penyapuan jalan


3.         Pemindahan
Pemindahan : penampungan sementara sampah sebelum diangkut oleh truk. Sarana yang digunakan dapat berupa sebuah area pemindahan, atau sebuah wadah besar yang peletakkannya terpusat atau tersebar.
Tipe Pemindahan (transfer)
No
Uraian
Transfer Tipe I
Transfer Tipe II
Tramsfer Tipe III
1.
Luas Lahan
≥ 200 m²
60 - 200 m²
10 – 20 m²
2.
Fungsi
-Tempat pertemuan peralatan pengumpuldan pengengkutan sebelum pemindahan
-Tempat penyimpanan atau kebersihan
-Bengkel sederhana
-Kantor wolayah / pengendali
-Tempat pemilahan
-Tempat pengomposan
-Tempat pertemuan peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum pemindahan
-Tempat parkir gerobak
-Tempat pemilihan
Tempat pertemuan gerobak dan kontainer (6- 10 m³)
-Lokasi penempatan kontainer komunal (1-10 m³
-Tempat pemilahan
3.
Daerah Pemakai
Baik sekali untuk daerah yang mudah mendapat lahan

Daerah yang sulit mendapat lahan yang kosong dan daerah protokol


4.             Pengangkutan
Pengangkutan : pengangkutan sampah dari lokasi pemindahan ke tempat daur ulang atau ke tempat pengolahan atau ke tempat pemrosesan akhir.  Sarana yang digunakan misalnya truk atau kereta api.
Sistem pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan metode :
·         Hauled Container System (HCS) : sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pemrosesan akhir. HCS merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersil.
·         Stationary Container System (SCS) : sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah permukiman.
Jenis kendaraan pengangkut : truk terbuka, dump truck, arm-roll truck,



roll-on truck, multi-loader truck, compactor truck.

5.         Pengolahan
Pengolahan : bertujuan untuk memroses sampah agar :
Ø  Berkurang volume atau beratnya, seperti insinerasi, pengomposan
Ø  Berkurang sifat bahayanya terhadap manusia atau lingkungan
Ø  Lebih memudahkan dalam penanganan selanjutnya, antara lain :
§  Penghalusan (grinding)
§  Pemadatan

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah yang baik, diantaranya:
a.         Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.
b.         Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:
Ø  Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang masih memungkinkan untuk dipakai [penggunaan kembali botol-botol bekas].
Ø  Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
Ø  Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi barang yang lebih berguna [daur ulang sampah organik menjadi kompos].
c.         Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam lingkup sekolah, dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA).

6.         Daur Ulang
Ø  Daur ulang : kegiatan penanganan sampah, menggunakan cara- cara pengolahan, atau cara-cara manual, agar sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali berbeda dari asalnya.
Ø  Sampah yang masih memiliki nilai apabila di daur ulang adalah sampah pembungkus (packaging), kertas bekas dan sampah plastik.
Ø  Di negara industri, aplikasi pengemas yang mudah didaur ulang menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasar.




7.         Pembuangan Akhir
Pembuangan Akhir : penyingkiran sampah ke alam lingkungan, seperti ke dalam tanah, ke dalam lautan, dsb. Merupakan alternatif akhir dan tahap akhir yang dilakukan. Bila dilakukan dengan mengurug (mengisi) tanah, dikenal sebagai landfilling.
Adapun metode pengolahan pada pembuangan akhir :
a.       Metode open dumping
Metode ini adalah penimbunan sampah di lokasi TPA tanpa aplikasi teknologi yang memadai. Metode ini memungkinkan adanya perembesan air lindi (cairan yang timbul akibat pembusukan sampah) melalui kapiler-kapiler air dalam tanah hingga mencemari sumber air tanah, terlebih di musim hujan. Efek pencemaran bisa berakumulasi jangka panjang dan pemulihannya bisa membutuhkan puluhan tahun. Metode ini sudah tidak populer karena selain sudah tidak akan diperbolehkan lagi juga berpotensi pada pencemaran lingkungan.

Metode ini mengelola sampah dengan melakukan pelapisan geotekstil yang tahan karat pada permukaan tanah sebelum ditimbuni sampah. Geotekstil berfungsi mengalirkan air lindi ke bak penampungan agar tidak mancemari air tanah. Air lindi selanjutnya diolah menjadi pupuk organik cair (POC). Setelah sampah ditimbun, kemudian dilapisi lagi dengan geotekstil di bagian atasnya dan ditutup dengan tanah. Metode ini lebih bagus daripada sekedar open dumping. Namun memerlukan lahan yang luas, biaya maintenance yang mahal serta risiko besar atas kebocoran zat atau gas beracun.
c.       Metode rooftiling, floortiling, walling
Metode ini mengkonversi sampah menjadi material untuk atap (genteng), lantai (tegel/keramik), dan atau bahan-bahan untuk tembok. Dengan sistem reuse dan recycle ini, permasalahannya adalah pada biaya investasi yang besar dan output yang masih terlalu mahal dan kalah kualitas dibandingkan dengan produk regular darimaterial nonsampah pada umumnya.
d.      Metode insenerator
Metode ini dilakukan dengan memasukkan sampah (disortir maupun tanpa disortir) ke dalam unit pembakaran dalam suhu 800°C-1.200°C. Metode ini bisa mereduksi sampah 80%–100%. Panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk pembangkit listrik. Lahan yang diperlukan untuk sistem ini relatif lebih kecil daripada metode sanitarylandfill tetapi berbiaya mahal. Metode ini sudah tidak akan diizinkan karena kontribusinya yang sangat besar pada efek gas rumah kaca.
e.       Metode gas metana
Metode ini menggunakan teknik fermentasi secara anaerobik terhadap sampah organik. Secara teknis sampah disortir menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik dicampur dengan air dan digester (dimasukkan dalam tempat kedap udara) selama kurang lebih dua pekan dan akan menghasilkan gas metana (CH4) yang bisa digunakan sebagai energi listrik. Metode ini menguntungkan karena bisa menghasilkan energi terbarukan.
f.       Metode autoclave
Metode ini relatif baru walaupun secara teknis sebetulnya sangat sederhana. Sistemnya adalah melakukan pembongkaran langsung dari dump truk masuk ke mesinautoclave. Di dalam autoclave sampah diinjeksi dengan uap bersuhu 160°C selama 2 jam. Sampah kemudian secara otomatis disalurkan melalui belt conveyor ke mesin penyortiran. Proses pada sistem ini ramah lingkungan dan berpeluang mendapatkan kredit karbon.

g.      Metode komposting
Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan oksigen).
Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran


 
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Ø  Sampah domestik adalah bahan-bahan buangan yang dibuang dari rumah atau dapur. Contohnya ialah pakaian lama atau buruk, botol, kaca, kertas, beg plastik, tin aluminium dan juga sisa makanan.
Ø  Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut : pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat perdagangan, sarana layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan.
Ø  Sampah diklasifikasikan berdasarkan jenis yaitu: organic dan anorganik. Berdasarkan sumber sampah: sampah rumah tangga, industry, dan pertanian. Sedangkan berdasarkan tingkat kelapukan yaitu sampah mudah lapuk (garbage) dan tidak mudah lapuk (rubbish).
Ø  Teknik-teknik pengolahan sampah yaitu mulai dari timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan terbagi 2 yaitu pemindahan dan pengolahan kemudian menuju tempat pembuangan akhir (TPA).

B.       Saran











DAFTAR PUSTAKA

Agung Suprihatin, S. Pd; Ir. Dwi Prihanto; Dr. Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan Sampah. Malang : PPPGT / VEDC Malang
diakses/29-10-2012/jam/07:33
diakses/29-10-2012/jam/07:37

ACT Government homepage on line [accessed April 1999]. No Waste by 2010. <http://www.act.gov.au/nowaste/> Bureau of Industry Economics. 1993. The Waste Management and Landfill Pricing. A Scoping Study. Canberra: Australian Government Publishing Service.



No comments:

Post a Comment