Saturday 13 October 2012

Askariasis



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang

Lingkungan hidup menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia beserta perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Bila ditinjau lebih lanjut mengenai
Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan lingkungan sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Keadaan sanitasi yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang masih rendah didukung okeh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan di Indonesia (Zit, 2000).
Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichura). (Depkes RI, 2004). Ascaris lumbricoides merupakan helmintiasis yang paling sering menyerang anak-anak, cacing ini telah menyebabkan lebih dari satu milyar kasus kecacingan di seluruh dunia.
Angka kejadian infeksi Ascaris lumbricoides di Indonesia sebesar 70 ± 80 %, keadaan ini menyebabkan penyakit ascariasis menjadi penting dan hingga saat ini masih merupakan masalah dibidang ilmu kesehatan anak dan kesehatan masyarakat. Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip.
Penyebaran cacing salah satu penyebabnya adalah kebersihan perorangan yang masih buruk. Dan dapat menular diantara murid sekoah yang sering berpegangan tangan sewaktu bermain. Sampai saat ini penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama daerah pedesaan.
Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum memgang makanan, lindungi makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan yang jatuh kelantai. Beberapa peneliti ternyata menunjukkan bahwa usia sekolah merupakan golongan yang sering terkena infeksi kecacingan karena sering berhubungan dengan tanah (Depkes RI, 2004).

B.       Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud Ascariasis dan morfologinya.
2.      Untuk mengetahui siklus terjadinya Ascariasis.
3.      Untuk mengetahui gejala-gejala terinfeksi cacing Ascaris L.
4.      Untuk mengetahui cara pencegahan Ascariasis.

 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Ascaris Lumbricoides

1)      Pengertian Ascariasis

Ascariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang merupakan nematoda usus terbesar pada manusia. Cacing Ascaris lumbricoides sering disebut dengan nama cacing gelang, cacing gilik atau round worm. Ascariasis merupakan helmintiasis yang paling sering terjadi pada manusia. Cacing ini ditularkan melalui media tanah yang tercemar telur cacing. Penularannya pada manusia dari tangan dengan jari-jari yang terkontaminasi telur cacing oleh kontak tanah atau makanan yang kurang masak.
Kejadian endemi Ascaris lumbricoides ditentukan oleh banyaknya telur cacing yang dikeluarkan dan resistensi cacing terhadap lingkungan sekitarnya. Telur cacing terbukti tetap infektif didalam tanah selama berbulan-bulan dan dapat bertahan hidup di cuaca dingin ( 5-100C) selama dua tahun. Penularan ascariasis dapat terjadi secara musiman atau sepanjang tahun. Cacing Ascaris lumbricoides betina dapat mencapai panjang lebih dari 40 cm dan cacing Ascaris lumbricoides jantan lebih dari 35 cm dengan diameter 3-6 mm.
Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.

2)      Taksonomi

Kingdom       : Animalia
Filum             : Nematoda
Kelas             : Secernentea
Ordo             : Ascaridida
Famili            : Ascarididae
Genus            : Ascaris
Spesies          : Ascaris Lumbricoides

3)      Morfologi

Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.

B.       Siklus Hidup

Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh cacing betina bersama dengan feses. Adanya lapisan mammilated outer-coat pada bagian luar telur cacing, menyebabkan telur ini dapat bertahan hidup lebih lama di dalam tanah, karena lapisan ini menyebabkan partikel tanah dapat melekat pada permukaan dinding telur yang kemudian akan melindunginya dari kerusakan dan tahapan ini disebut juga dengan first stage larva.
Pada kondisi yang menguntungkan, seperti udara yang hangat, lembab, dan tanah yang terlindung dari sinar matahari, akan menyebabkan embrio di dalam telur berubah menjadi larva infektif, tahapan ini disebut juga dengan second stage larva, yang membutuhkan waktu tiga minggu.
Apabila host tertelan telur yang infektif, larva akan keluar di dalam duodenum. Larva ini selanjutnya akan menembus dinding usus halus menuju ke venula mesenterika. Melalui venula mesenterika, larva ini memasuki sirkulasi portal, kemudian kejantung kanan. Larva yang berasal dari jantung kanan akan memasuki kapiler paru, selanjutnya akan menuju jaringan alveolus paru. Larva Ascaris lumbricoides dapat berada di dalam paru selama kira-kira 10 hari, setelah itu larva akan bermigrasi ke bronkiolus menuju bronkus, trakea, epiglotis, selanjutnya tertelan kembali dan menjadi dewasa di dalam usus halus. Seluruh tahapan siklus hidup cacing ini terjadi dalam waktu 65 - 70 hari. Cacing dewasa dapat hidup paling lama satu tahun.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.

C.      Pendukung Kehidupan

Di daerah tropis, yang panas dan lembab telur cacing  Ascaris lumbricoides dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun. Indonesia sebagai daerah tropis, menyebabkan transmisi cacing Ascaris lumbricoides dapat berlangsung terus menerus.
Sebagai daerah tropis iklim dan komposisi tanah di Indonesia menyebabkan cacing Ascaris lumbricoides dapat hidup sepanjang tahun. Baik telur maupun larva cacing ini menjadi bentuk infektif pada saat berada di tanah.
Selain faktor geografis, kehidupan Ascaris lumbricoides juga ditentukan oleh ketersediaan air bersih sehingga kegiatan memasak, mencuci dan kakus (MCK) dapat terlaksana dengan baik. Tersedianya air bersih menyebabkan perilaku mencuci tangan sebelum makan dapat terlaksana tanpa adanya kendala sarana. Fasilitas MCK merupakan perangkat rumah tangga berupa kamar mandi dan WC. Tanpa adanya fasilitas ini akan menyebabkan kegiatan buang air besar di sembarang tempat dan dapat menyebabkan penyebaran telur cacing Ascaris lumbricoides secara luas.

D.      Patogenesis Ascariasis

Patogenesis infeksi Ascaris lumbricoides berkaitan dengan responimun host terhadap larva, telur atau cacing dewasa didalam jaringan atau organ tertentu. Larva yang bermigrasi didalam jaringan, dapat menyebabkan trauma mekanik dan lisis sel oleh enzim yang dihasilkan oleh larva.
Pada suatu keadaan dimana terjadi reinfeksi dan migrasi larva berikutnya, jumlah larva yang sedikitpun mungkin dapat menimbulkan  reaksi jaringan yang hebat. Larva Ascaris lumbricoides memasuki parenkim paru dan akan terbentuk reaksi hipersensitivitas dengan meningkatkan produksi mukus dalam bronkus, peradangan peribronkial dan spasme pada bronkial.
Keluhan yang muncul, tergantung tempat dimana cacing tersebut bermigrasi dan kerusakan yang ditimbulkan cacing. Pada keadaan tertentu, cacing juga dapat bermigrasi kedalam saluran empedu dan menyebabkan sumbatan saluran biliaris.

E.       Gejala Klinis Ascariasis

Kebanyakan infeksi Ascaris lumbricoides adalah asimptomatik. Gejalanya sangat bervariasi, dimulai dengan gangguan abdomen, gangguan pulmonal yang ringan maupun berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul sesuai dengan organ yang dilalui oleh larva atau cacing dewasa.
Kebanyakan gejala klinis ascariasis yang ditimbulkan adalah pneumonitis, obstruksi intestinal,obstruksi biliaris, obstruksi pankreas dan malnutrisi. Sindroma klinis akibat adanya larva di dalam parenkim paru dan reaksi hipersensitivitas yang ditimbulkannya disebut Loeffler’s sindrome. Gejala dapat berupa batuk yang ringan sampai dengan temuan radiologi dan Loeffler’s sindrome dengan infiltrat paru yang bersifat sementara.
Gejala gangguan pencernaan yang ditimbulkan disebabkan adanya mobilitas dan terlokalisasinya cacing di dalam usus. Gejala yang ditimbulkan tidak khas, dapat berupa nyeri, dispepsia, berkurangnya nafsu makan, muntah dan diare. Cacing dapat membentuk bolus dalam usus dan menyebabkan penyumbatan. Melalui penelitian Loun’s terhadap ascariasis abdomen dari tahun 1758 sampai dengan 1974 terdapat 528 ascariasis dengan 66% mengalami obstruksi usus, 25% obstruksi biliarisdan pankreatitis 5%.
Infeksi Ascaris lumbricoides dapat mempengaruhi status nutrisi anak melalui penurunan penyerapan protein dan lemak, peningkatan intoleransi laktosa dan defisiensi vitamin A, namun secara stastistik tidak  bermakna.



F.       Faktor Penyebab Ascariasis

Proses perjalanan penyakit ascariasis di dalam masyarakat terjadi melalui beberapa faktor, yaitu: adanya faktor penyebab (agen), adanya sumber penularan (reservoir maupun resource), adanya cara penularan khusus (mode of transmision), adanya cara meninggalkan host dan cara masuk ke host lainnya, serta ketahanan host itu sendiri.
Sebagai makhluk hidup Ascaris lumbricoides juga memiliki potensi untuk mempertahankan dirinya terhadap faktor lingkungan, serta berkembang biak pada lingkungan yang sesuai dan menguntungkan, terutama terhadap host dimana cacing tersebut berada.

G.      Penularan

1)      Sumber Penularan

Reservoir atau sumber penularan dapat berupa organisme hidup atau benda mati (misalnya tanah dan air), dimana unsur penyebab penyakit menular dapat hidup secara normal dan berkembang biak. Konsep reservoir pada Ascaris lumbricoides, adalah tanah, air dan makanan yang mengandung telur  Ascaris lumbricoides.

2)      Cara Penularan

Ascaris lumbricoides ditularkan melalui makanan yang tercemar cacing. Benda yang mengandung telur cacing berfungsi sebagai penyalur  penularan disebut terkontaminasi. Biasanya sayuran yang menggunakan pupuk dari kotoran manusia banyak terkontaminasi dengan telur cacing Ascaris lumbricoides. Kontak dengan tanah yang terkontaminasi dengan jenis telur cacing, tanpa disertai perilaku mencuci tangan sebelum makan sering menjadi cara penularan pada jenis cacing ini.


H.      Pencegahan

Untuk pencegahan, terutama dengan menjaga hygiene dan sanitasi, tidak buang air besar di sembarang tempat, melindungi makanan dari pencemaran kotoran, mencuci bersih tangan sebelum makan, dan tidak memakai/ tinja manusia sebagai pupuk tanaman.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut :
1.       Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.
2.      Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
3.      Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnya memakai jamban/WC.
4.      Makan makanan yang dimasak saja.
5.      Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ø  Ascariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang merupakan nematoda usus terbesar pada manusia. Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior).
Ø  Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh cacing betina bersama dengan feses. Sampai Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur.
Ø  Gejalanya sangat bervariasi, dimulai dengan gangguan abdomen, gangguan pulmonal yang ringan maupun berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang ditimbulkan tidak khas, dapat berupa nyeri, dispepsia, berkurangnya nafsu makan, muntah dan diare.
Ø  Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga hygiene dan sanitasi.

B.     Saran
Mari kita hidup sehat mulai diri sendiri dengan menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA


Viqar Z., Loh AK, 1999. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Penerbit
Binacipta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Askariasis

1 comment: