Thursday 27 September 2012

Pengendalian Secara Kimia


Mata Kuliah : Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu (PVBP)
Dosen             : Sulasmi, S.KM, M.Kes

PENGENDALIAN HAMA SECARA KIMIAWI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

ADE FITRI                                       PO.71.3.221.11.1.001

         IRMAYAENI                                    PO.71.3.221.11.1.009

                     MARNI                                              PO.71.3.221.11.1.014

                     RAHMAT FEBRIANDI                  PO.71.3.221.11.1.030




KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK  KESEHATAN  MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kemurahanNyalah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “ Pengendalian Hama Secara Kimiawi “ untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan terlebih lagi bagi kami sebagai mahasiswa. Meskipun dalam penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyusun makalah ini, yang tidak lepas dari kepentingan kami sebagai mahasiswa karena akan mejadi salah satu sumber pembelajaran kami.


Makassar,… September 2012
Tim Penulis





DAFTAR ISI

Kata pengantar                                                                                                                                
Daftar Isi                                                                                                                                           

BAB I                         PENDAHULUAN                                                                                       
A.    Latar belakang                                                                                       
B.     Tujuan                                                                                                    
BAB II                        PEMBAHASAN                                                                                          
A.    Pengendalia hama secara kimiawi                                                        
B.     Macam-macam pestisida                                                                       
C.    Peranan pestisida                                                                                   
D.    Kelebihan dan kekurangan pestisida                                                   
E.     Klasifikasi pestisida                                                                                
F.     Formulasi pestisida                                                                                
G.    Cara menggunakan pestisida                                                                
                                   
BAB III                      PENUTUP                                                                                                    
A.    Kesimpulan                                                                                             
B.     Saran                                                                                                            
                   
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                     


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Sejarah manusia kaya dengan peperangan melawan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Lebih dari sepuluh ribu spesies insekta, gulma, nematoda dan penyakit yang dapat menyerang tanaman yang dibudidayakan. Berbagai cara telah dikembangkan untuk mengubah keseimbangan ke arah yang menguntungkan manusia. Salah satunya adalah pengendalian hama menggunakan bahan kimia yaitu pestisida.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Telah disadari bahwa pada umumnya pestisida merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Namun demikian, pestisida juga memberikan manfaat, sehingga pestisida banyak digunakan dalam pembanguna di berbagai sektor, termasuk pertanian. Memperhatikan manfaat dan dampak negatifnya, maka pestisida harus dikelola dengan cara sebaik-baiknya sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya.



B.     TUJUAN

·         Mengetahui pengertian pengendalian hama secara kimiawi
·         Mampu memahami cara pengendalian hama secara kimiawi
·         Mampu menerapkan pengendalian hama secara kimiawi dalam kehidupan sehari-hari
















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengendalian Hama secara Kimiawi

Pengendalian hama secara kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan hama tanaman menggunakan zat kimia pembasmi hama tanaman yaitu pestisida. Definisi dari pestisida, ‘pest” memiliki arti hama, sedangkan “cide” berarti membunuh, sering disebut “pest killing agent”.
Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalaian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit.
Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya.

B.     Macam-macam pestisida

Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam pestisida, yakni :
a.fungisida : pengendali cendawan
b.insektisida : pengendali serangga
c.herbisida : pengendali gulma
d.nematisida : pengendali nematoda
e.akarisida : pengendali tungau
f.ovarisida : pengendali telur serangga dan telur tungau
g.bakterisida : pengendali bakteri
h.larvasida : pengendali larva
i.rodentisida : pengendali tikus
j.avisida : pengedali burung
k.mollussida : pengendali bekicot
l.sterillant : pemandul.

C.    Peranan Pestisida
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep PHT, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaanya adalah :
    • Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati.
    • Efisien untuk mengendalikan hama tertentu.
    • Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan.
    • Tidak boleh persistent, harus mudah terurai.
    • Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum.
    • Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut.
    • Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota.
    • Relatif aman bagi pemakai.
    • Harga terjangkau bagi petani.

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaanya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama. Hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
D.    Kelebihan dan Kekurangan Pestisida
Seperti diketahui pada peranan pestisida yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa pestisida berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh OPT. Pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida banyak dilakukan secara luas oleh masyarakat, karena pestisida mempunyai kelebihan dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain, yaitu:
    • Dapat diaplikasikan secara mudah.
    • Dapat diaplikasikan hampir di setiap tempat dan waktu.
    • Hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat.
    • Dapat meningkatkan hasil produksi.
    • Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu yang singkat.
    • Mudah diperoleh, dapat dijumpai di kios-kios pedesaan sampai pasar swalayan di kota besar.
Di samping memiliki kelebihan tersebut di atas, pestisida harus diwaspadai karena dapat memberikan dampak negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:
    • Keracunan dan kematian pada manusia, ternak dan hewan piaraan, satwa liar, ikan dan biota air lainnya, biota tanah, tanaman
    • Terjadinya resistensi, resurjensi, dan perubahan status OPT
    • Pencemaran lingkungan hidup
    • Residu pestisida yang berdampak negatif terhadap konsumen
    • Terhambatnya hasil pertanian (terutama perdagangan dalam ekspor)
Dari kekurangan yang telah disebutkan di atas, tentunya sudah dapat dilihat bahwa pestisida merupakan zat kimia yang berbahaya dan dapat menimbulkan dampak buruk yang dapat merugikan manusia maupun lingkungan. Penyuluhan untuk menggunakan pestisida dengan aman dan benar sangatlah diperlukan. Sebelum menggunakan pestisida dalam pengendalian OPT akan lebih baik bila pengguna mengenal seluk beluk mengenai pestisida dan cara penggunaannya sesuai fungsinya agar dapat mengaplikasikan pengendalian dengan aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat, yaitu:
    1. Tepat jenis pestisida.
    2. Tepat cara aplikasi.
    3. Tepat sasaran.
    4. Tepat waktu, dan
    5. Tepat takaran.

E.     Klasifikasi Pestisida
Menurut Soemirat (2003), pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan organisme target, struktur kimia, mekanisme dan atau toksisitasnya. Berikut klasifikasi pestisida berdasarkan organisme targetnya :
    • Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
    • Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahas latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk membunuh melawan alga.
    • Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
    • Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
    • Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
    • Herbisida, berasal dari kat latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
    • Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga
    • Larvasida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
    • Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
    • Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
    • Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
    • Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
    • Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
    • Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
    • Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
    • Silvisida, berasal dari kat latin yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.
    • Termisida, berasal dari kata Yunani termes ang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.

Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya tidak menggunakan akhiran sida:
    • Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
    • Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.
    • Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
    • Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
    • Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
    • Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.
    • Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.
    • Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.
    • Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
    • Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.
    • Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
    • Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
    • Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.
    •  

F.     Formulasi Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
    • Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
    • Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
    • Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).

    • Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
    • Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
    • Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.


G.    Cara Menggunakan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1.      Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2.      Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida,
    • Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
    • Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
    • Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3.      Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.
4.      Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
    • Veri coarse spray : lebih 300 µm
    • Coarse spray : 400-500 µm
    • Medium spray : 250-400 µm
    • Fine spray : 100-250 µm
    • Mist : 50-100 µm
    • Aerosol : 0,1-50 µm
    • Fog : 5-15 µm
5.      Ukuran partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
    • Macrogranules : lebih 300 µm
    • Microgranules : 100-300 µm
    • Coarse dusts : 44-100 µm
    • Fine dusts : kurang 44 µm
    • Smoke : 0,001-0,1 µm
6.      Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm










BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Pengendalian hama secara kimiawi adalah pengendalian hama menggunakan bahan kimia yaitu pestisida. Pestisida merupakan salah satu cara pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman. Pestisida berperan besar dalam bidang pertanian karena dapat menekan pertumbuhan OPT dan dapat meningkatkan hasil produktivitas tanaman. Banyak kelebihan-kelebihan pestisida dibandingkan dengan cara pengendalian lain. Sehingga pestisida menjadi cara pengendalian andalan dan akhirnya akan menjadikan ketergantungan terhadap pemakaian pestisida tersebut.
Seperti yang kita ketahui, pestisida merupakan zat kimia berbahaya. Residunya dapat merusak lingkungan, ekosistem bahkan bisa membahayakan manusia itu sendiri. Penggunaan pestisida haruslah diaplikasikan dengan cara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat, yaitu: tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tep```````at sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran.
B.     SARAN

Untuk itu dalam melakukan pengendalian kimiawi sudah semestinya pengguna pestisida terlebih dahulu mengetahui apa saja peran pestisida, kelebihan dan kekurangan pestisida, klasifikasi pestisida, serta cara menggunakan pestisida dengan benar pestida itu sendiri agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya.



DAFTAR PUSTAKA


No comments:

Post a Comment