Thursday 27 September 2012

Contoh Binatang Pengganggu


MATA KULIAH : Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu
DOSEN               : Sulasmi Skm, M Kes
Makalah Contoh Binatang Penganggu




   DI SUSUN OLEH:
1. ANDI HARIATI              NIM:PO.71.3.221.11.1.002
2. MARNAWATI                 NIM:PO.71.3.221.11.1.013
3.RENITA HAFID               NIM:PO.71.3.221.11.1.031
4. NURDIANSYAH B          NIM:PO.71.3.221.11.1.024


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI D-III
2012/2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt , karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga Makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
      Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan hal ini disebabkan karena terbatasnya  kemampuan dan pengalaman penulis , oleh karena itu saran dan kritik  dari semua  pihak sangat kami butuhkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Tiada  kata yang berharga yang dapat penulis persembahkan sebagai imbalan  atas  segala  Yang diberikan  selain doa. Kiranya  Allah swt senantiasa  melimpahkan rahmat kepada kita semua.




                                                                                               
Makassar, 12 September  2012


                                                                                                                  Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………   i
DAFTAR ISI              ……………………………………………………………    ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….... 1         
A. Latar belakang…………………………………………………….……  1         
B. Tujuan        ………………………………………………………….…   1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….…..…...            2
A.Defenisi Binatang penganggu …………………………………………..  3         
B. Contoh binatang penganggu dan Penyakit yang disebabkan……………            3
C. Cara pengendalian….. …………………………………...……………..  3

BAB III PENUTUP               .………………………………………………………5
A. Kesimpulan            ……………………….……………………....……   5
B. Saran                      ………………….…………………………....……   5         




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alas an tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.
            Moeller (1992), menyatakan “In it broadsense, environmental health is the segment of public health that is concerned with assessing, understanding, and controlling the impacts of people on their environment and the impacts of the environment on them”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia.
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehtan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.

B.     Tujuan
·         Mengetahui contoh binatang penggangu
·         Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh binatang penggangu
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Defenisi binatang penganggu
Binatang yang dapat menganggu, mrnyerang atau pun menularkan penyakit terhadap manusia, binatang maupun tumbuhan.
B.     Contoh binatang penganggu dan Penyakit yang disebabkan :
a. Nyamuk (Mosquito)
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau ke mamalia lain. Species yang merupakan vektor penting penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit :
1.      Malaria
Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera adalah nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex keduaduanya dapat menyebabkan malaria pada burung. Secara praktis tiap species Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak species bukan vektor alami. Sekitar 110 species pernah dihubungkan dengan penularan malaria, diantaranya 50 species penting terdapat dimana-mana atau setempat yang dapat menularkan penyakit malaria.
2.      Filariasis
Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi. Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari species ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus (fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan . Nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap darah dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah manusia.
3.      Demam Kuning
Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di dunia, Nyamuk yang menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya akan menjadi infektif selama hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12 hari. Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat didasar penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor yang mengandung zat organik.
4.      Dengue Hemorrhagic Fever
Adalah penykit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan.
5.      Encephalitis Virus
Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan.

            b. Lalat Rumah (Housefly)
Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat kediaman manusia di seluruh dunia. Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10 sampai 14 hari, dan lalat dewasa hidup kira-kira satu bulan. Larvanya kadang-kadang menyebabkan myasis usus dan saluran kencing serta saluran kelamin.
Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta
            c. Lalat Pasir (Sandfly)
Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi. Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes.
            d. Pinjal (Fleas)
Pinjal hanya penting dalam dunia kedokteran terutama yang berhubungan dengan penularan penyakit sampar dan endemic typhus. Pinjal dapat juga bertindak sebagai hospes perantara parasit.

            e. Ticks (Sengkenit)
Sengkenit telah dikenal sebagai vektor penyakit sejak tahun 1893, ketika Smith dan Kilbourne menemukan species Boophilus annulatus sebagai vektor penular “demam Texas” pada lembu. Pada beberapa species tidak saja dapat menularkan penyakit melalui stadium metamorfosis dari pada sengkenit, tetapi juga melalui telur, kepada generasi berikutnya. Bila penyakit ini menular di antara binatang peliharaan akan menyebabkan kerugian keuangan yang besar.
            f. Tungau (Mites)
Adalah vektor pada penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi, tungau mengigit manusia menyebabkan luka bernanah disertai demam yang remiten, lymphadenitis, splenomegaly dan suatu eritema yang merah sekali. Vektor utamanya adalah Trombicula akamushi dan T. deliensis, tungau menularkan penyakit pada stadium larva sedangkan larvanya adalah parasit pada tikus ladang di Jepang dan beberapa tikus rumah dan tikus lading di Taiwan dan di Indonesia. Manusia merupakan hospes secara kebetulan, larvanya melekatkan diri pada pekerja di ladang. Penyakit ini dapat ditularkan dari generasi ke generasi, sehingga larva generasi kedua mampu menginfeksi manusia.
C.     Cara pengendalian
1.      Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).
2.      Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
v  Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
v  Pemasangan jarring
v  Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak
v  Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
v  Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
v  Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
v  Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
v  Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.
v  Pembalikan tanah sebelum ditanami.
v  Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).
3.      Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
      b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Binatang penggangu merupakan Binatang yang dapat menganggu, menyerang atau pun menularkan penyakit terhadap manusia, binatang maupun tumbuhan. Pengendalian binatang penggangu dapat dilakukan secara kimia, fisik, mekanika dan biologis.
B.     Saran
Binatang penggangu sangat sering dijumpai dilingkungan sekitar, oleh karena itu kesehatan dan kebersihan lingkungan harus tetap dijaga agar kita dapat terhindar dari penyakit yang disebarkan oleh binatang penggangu tersebut. Serta pengendaliannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

No comments:

Post a Comment