Thursday 27 September 2012

10 Contoh Vektor dan Hama


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BALAKANG

Hama
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.

1. Tikus
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.

2. WERENG
Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan



3. WALANG SANGIT
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.
4. HAMA KUPU-KUPU
Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

5. TUNGAU
Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
6. LALAT
Lalat merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yangmerupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengundang lalat untuk datang dan berkontak dengan manusia. Dengan didorong oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan higiene dan sanitasi, pada akhirnya lalat akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.(Sitanggang, 2001).
7.  KECOA
Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval,pipih dorso-vental. Kepala tersembunyi dibawah pronotum. Pronotum dan sayap licin, nampaknya keras, tidak berambut dan berdri. Berwarna coklat dan coklat tua. Panjang tubuhnya bervariasi, berkisar antara 0.6 sampai 7.6 mm2.
Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Ortopthera (bersayap dua) dengan sayap yang didepan menutupi sayap yang dibelakang dan melipat seperti kertas.
            8. NYAMUK
Nyamuk merupakan serangga Ordo Diptera, yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Tubuhnya yang kecil dengan enam kaki panjang. Ukuran tubuh nyamuk berbeda-beda tapi tidak lebih dari 15 mm dengan berat tubuh 2 - 2.5 mg. Jumlah spesies nyamuk mencapai 2700 jenis di dunia. Nyamuk jantan tidak menghisap darah, sedangkan nyamuk betina menghisap darah untuk mendapatkan protein untuk pembentukan telur.
9. ANJING TANAH
Anjing tanah atau orong-orong merupakan serangga yang hidup di tanah dengan ciri khas sepasang tungkai depan yang termodifikasi menyerupai cangkul bergerigi. Bagi anjing tanah (orong-orong), tungkai ini berfungsi untuk menggali tanah atau berenang. Anjing tanah ini adalah sebangsa serangga dari famili Gryllotalpidae yang dalam bahasa Jawa lebih sering disebut sebagai orong-orong atau keredek. Orang Sunda menyebutnya sebagai gaang, dan dalam bahasa Toba lebih dikenal sebagai singke. Binatang yang sering dinamai juga sebagai gangsir tanah ini dalam bahasa inggris dikenal sebagai mole cricket.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam.
Orong-orong atau anjing tanah merupakan hewan nokturnal yang beraktifitas di malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah.
10. TIKUS
Tikus merupakan hewan menyusui (kelas mamalia) yang mememiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Sifat menguntungkan terutama dalam hal penggunaannyasebagai hewan percobaan. Sifat merugikan yaitu dalam hal posisinya sebagaihama pada kmoditas pertanian, hewan penganggu rumah dan gudang, serta penyebar dan penular (vektor) dari berbagai penyakit manusia.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    10 CONTOH HAMA
1.      LALAT






Gambar 1.1

Lalat merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yangmerupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengundang lalat untuk datang dan berkontak dengan manusia. Dengan didorong oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan higiene dan sanitasi, pada akhirnya lalat akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit.(Sitanggang, 2001).

Ø  Cara Penularan :
            Penularan penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan dengan salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit termasuk lalat. Saat ini terdapat sekitar ± 60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat (Santi, 2001).

2.                  KECOA




Gambar 2.1
Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval,pipih dorso-vental. Kepala tersembunyi dibawah pronotum. Pronotum dan sayap licin, nampaknya keras, tidak berambut dan berdri. Berwarna coklat dan coklat tua. Panjang tubuhnya bervariasi, berkisar antara 0.6 sampai 7.6 mm2.
Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Ortopthera (bersayap dua) dengan sayap yang didepan menutupi sayap yang dibelakang dan melipat seperti kertas.

Ø Golongan Genius & Spesies :
Kecoa terdiri dari beberapa genus yaitu Blaptella,periplaneta,  blatta, supella, dan blaberus. Beberapa spesies dari kecoa blaptella germanika, periplaneta americana, periplaneta austalasiae, periplaneta fluginosa, blatta orientalis, dan supella longipalpa.
Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan Harwood (1969) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu familinya Blattidae Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa kedalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria, sedangkan para ahli serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo Blattaria dan famili Blattidae.
Banyak orang merasa jijik dengan serangga yang satu ini. Tak heran, karena umumnya kecoa tinggal di tempat gelap yang kotor, lembab dan bau. Kecoa dengan mudah kita jumpai di rumah tinggal. Ia memakan hampir segala macam makanan yang ditemukannya untuk bertahan hidup. Baunya yang tidak sedap, kotoran dan kuman yang ia tinggalkan di setiap tempat yang ia hinggapi, membuat kecoa dianggap sebagai indikator sanitasi yang buruk. Berbagai kuman penyakit yang berasal dari tempat-tempat kotor menempel pada tubuh kecoa dan akan menempel di setiap tempat yang dia hinggapi.
Ø  Cara Penularan & Penyakitnya :
Oleh karena itulah kecoa dapat menjadi penyebab berbagi jenis penyakit mulai hari tipus, toksoplasma, hingga penyakit SARS yang mematikan, sehingga perlu dikendalikan populasinya.
Hewan yang biasa disebut lipas ini metamorfosisnya tidak sempurna dan banyak ditemukan di daerah tropis, bahkan sampai di daerah dingin. Kemampuannya dalam beradaptasi tidak perlu diragukan lagi, ia mampu bertahan hidup dalam kondisi yang ekstrem sekali pun.
Ø  Cara pengendalian :
Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan insektisida. Atau dengan menyiramkan air panas pada telur kecoa agar tidak menetas dan berkembang biak.
3.                  NYAMUK



Gambar 3.1
Nyamuk merupakan serangga Ordo Diptera, yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Tubuhnya yang kecil dengan enam kaki panjang. Ukuran tubuh nyamuk berbeda-beda tapi tidak lebih dari 15 mm dengan berat tubuh 2 - 2.5 mg. Jumlah spesies nyamuk mencapai 2700 jenis di dunia. Nyamuk jantan tidak menghisap darah, sedangkan nyamuk betina menghisap darah untuk mendapatkan protein untuk pembentukan telur.

Ø  Cara Penularan Serta Penyakitnya :
Nyamuk Anopheles merupakan penyebab penyakit malaria. Ia menggigit dengan posisi badan, mulut dan jarum yang dibenamkan ke kulit manusia dalam satu garis. Adapula yang suka menggigit dalam posisi mendatar sesuai dengan posisi ’pendaratan’ di permukaan kulit korbannya. Nyamuk ini adalah Aedes aegypti yang menjadi penular penyakit demam berdarah dan Chikungunya. Nyamuk lain adalah Culex penyebab penyakit radang otak atau biasa disebut west nile virus alias virus Nil Barat, asal penyakit tersebut dari belahan benua Afrika.
Ø  Cara Penanggulan :
Penanggulangan demam berdarah yang paling umum dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan melalui gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur sarang nyamuk) dan pengasapan. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai perkembangbiakan jentik nyamuk.
4.                  TIKUS
Gambar 4.1
Tikus merupakan hewan menyusui (kelas mamalia) yang mememiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Sifat menguntungkan terutama dalam hal penggunaannyasebagai hewan percobaan. Sifat merugikan yaitu dalam hal posisinya sebagaihama pada kmoditas pertanian, hewan penganggu rumah dan gudang, serta penyebar dan penular (vektor) dari berbagai penyakit manusia.

Ø  Penyakit Yang Disebabkan Tikus

Penyakit yang ditularkan oleh tikus atau hewan lainnya ke manusia dansebaliknya secara umum dikenal sebagai zoonosis. Beberapa penyakit yang dapatditularkan oleh tikus adalah sebagai berikut :

-          Pes (plague) pes memiliki nama lain plague,    sampar, dan la peste. Pes merupakan salahsatu penyakit zoonosis pada rodensia yang ditularkan kepada manusia, danmerupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan terjadinya wabah. Hal ini terdapat dalam UUNo. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit, dan pes jugatermasuk karantina internasional karena penyebarannya yang sangat cepat dan luas. (Widoyono, 2008) Masa inkubasi penyakit pes berkisar 2-6 hari (tipe bubo) dan 1-72 (tipe paru).

Ø  Penyakit pes dapat ditularkan melalui cara-cara berikut ini . (Widoyono, 2008).

        Tikus liar (wild rodent) yang terinfeksi digigit oleh pinjal, selanjutnya pinjal mengigit manusia yang sedang berada di hutan.
        Tikus liar menigigit langsung manusia (pekerja di hutan).
        Tikus rumah yang darahnya infektif digigit oleh pinjal yang kemudianmengigit manusia ( metode ini adalah penularan yang paling sering).
        Tikus liar yang infektif digigit oleh pinjal.pinjal kemudian mengigittikus rumah yang selanjutnya oelh pinjal ditularkan kepada manusia.
        Manusia yang terinfeksi digigit oleh pinjal yang ad pada manusia,selanjutnyya pinjal tersebut mengigit manusia lainnya.
        Penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui droplet.

5.                  Mengenal Hama Wereng Coklat dan Pengendaliannya
Gambar 5.1

Mengenal Hama Wereng Coklat dan Pengendaliannya - Wereng coklat (WCk) (Gb. 7) menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP>200, dsb). Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal sampai puso. Selain itu, WCk juga merupakan vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.
Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, WCk dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh, sejak bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisisan).

Ø  GEJALA WERENG
Gejala Wereng coklat pada individu rumpun dapat terlihat dari daun-daun yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn. Dalam suatu hamparan, gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk lingkaran (Gb. 8), yang menunjukan pola penyebaran WCk yang dimulai dari satu titik, kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan demikian, populasi WCk biasanya sudah sangat tinggi.

Ø  Pengendalian

                Wereng Coklat dapat dikendalikan dengan varietas tahan. Penanaman padi dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan insektisida juga efektif untuk mengendalikan hama ini. Varietas tahan WCk tergantung biotipe yang berkembang di suatu ekosistem.
Berbagai insektisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif amitras, bupofresin, BPMC, fipronil, amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur atau tiametoksan.

6.                  HAMA KUPU-KUPU
Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
7.      Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
8.      a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian   bawah daun.
9.      b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
10.  c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.

Ø  Gejala serangan :
1.      Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
2.      Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Ø  Pengendaliannya  :
1.      Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
2.      Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
3.      Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.


7. HAMA ANJING TANAH
           
 
Gambar 7.1
Anjing tanah atau orong-orong merupakan serangga yang hidup di tanah dengan ciri khas sepasang tungkai depan yang termodifikasi menyerupai cangkul bergerigi. Bagi anjing tanah (orong-orong), tungkai ini berfungsi untuk menggali tanah atau berenang. Anjing tanah ini adalah sebangsa serangga dari famili Gryllotalpidae yang dalam bahasa Jawa lebih sering disebut sebagai orong-orong atau keredek. Orang Sunda menyebutnya sebagai gaang, dan dalam bahasa Toba lebih dikenal sebagai singke. Binatang yang sering dinamai juga sebagai gangsir tanah ini dalam bahasa inggris dikenal sebagai mole cricket.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam.
Orong-orong atau anjing tanah merupakan hewan nokturnal yang beraktifitas di malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah.
Binatang yang sering ditemukan di pemukiman ini ternyata mempunyai kemampuan terbang yang jauh. Orong-orong mampu terbang sejauh 8 km ketika sedang berusaha mencari pasangan kawin.
Anjing tanah merupakan binatang karnivora yang memakan larva-larva serangga lain dan cacing tanah. Namun sering kali orong-orong juga memakan akar, tunas-tunas tanaman, dan rerumputan. Pemangsa alami orong-orong bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, sigung, hingga rubah.
Ø  Gejala serangan :
1.      Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.
2.      Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator.
3.      Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.

Ø  Pengendaliannya :
Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.



8. Belalang

Ø  Gejala serangan :
Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.
Ø  Pengendaliannya :
1.      Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.
2.      Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.

9.      WALANG SANGIT
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.
a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c. Penanaman tidak serentak
Pengendalian terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
a.       Menanam tanaman secara serentak.
b.      Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c.       Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d.      Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
e.       Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
f.       Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
10.  TUNGAU
Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.

No comments:

Post a Comment