Wednesday 20 June 2012

Manfaat Mikroorganisme pada Kecap


MANFAAT MIKROORGANISME PADA PEMBUATAN KECAP
Oleh Muhammad Rusdi






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut buku Chau Lai, salah satu buku klasik tentang Confucius, kecap sudah dikenal di Negeri Tiongkok sejak sekitar 2500-3000 tahun yang lalu. Sehingga diperkirakan kecap berasal dari Cina, yang kemudian pada tahun 600-500 SM diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan berkembangnya agama Budha.
Secara umum, merupakan produk olahan/awetan kedelai dengan tekstur cair (asin) atau kental (manis), berwarna coklat kehitaman, dan digunakan sebagai penyedap masakan. Aromanya yang harum dan cita rasanya yang gurih membuat kecap diterima luas sebagai bumbu masak utama dalam budaya kuliner Asia. Kecap dianggap sebagai kondimen dan bumbu masak yang dapat meningkatkan gairah makan. Di Indonesia, kecap tersedia mulai dari penjaja makanan di kaki lima, hingga di meja restoran hotel berbintang. Dapatkah kita bayangkan sate, soto, tahu goreng, atau bubur ayam tanpa kecap? Kecap diduga berasal dari bahasa Amoy koechiap atau ke-tsiap. Dalam dialek  Kanton modern  diucapkan sebagai gwaijap. Secara umum berarti kuah ikan atau saus ikan. Istilah ketchup didalam bahasa Inggris pun diduga keras berasal dari koechiap karena dalam dialek Hanzi artinya saus terong kecil alias tomat. kecap yang terbuat dari kedelai memiliki bermacam-macam nama,diantaranya shoyu , soja japais tamari, tao-yu, dan soy sauce.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan kecap
2.      Kapan mikroorganisme digunakan dalam proses pembuatan kecap
3.      Apa manfaat dari mikroorganisme dalam pembuatan kecap



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Dasar Teori
Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun adapula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu.
Proses Pembuatan Kecap Bahan utama kecap adalah kedelai. Kecap dapat dibuat dengan cara fermentasi kedelai atau hidrolisis asam. Namun, cara fermentasi merupakan cara yang paling populer. Hidrolisis berpotensi menimbulkan kerusakan gula dan asam amino, sehingga cita rasanya kurang baik. Kecap asin dari kedelai adalah bentuk umum kecap di Asia. Karena bahan utamanya adalah kedelai, kecap mengandung zat gizi lemak, karbohidrat, vitamin,mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Berbagai Jenis Kecap Pada umumnya, kita mengenal beberapa jenis kecap, seperti; kecap asin, kecap manis, kecap jamiur, kecap ikan  (fish sauce), kecap Inggris (Worchestershire Sauce), kecap Jepang. Kecap dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung dari parameter yang digunakan untuk membedakan.

1.      Berdasarkan jenis bahan baku
Berdasarkan jenis bahan bakunya, kecap dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu:
Tabel  Jenis kecap berdasarkan bahan baku
No.
Jenis Kecap
Bahan Baku
1
Kecap kedelai (soy ketcup)
taoco Kedelai
2
Kecap air kelapa
Air kelapa
3
Kecap ikan
petis Ikan, daging
4
Saus tiram
Kerang
5
Saus tomat (tomato sauce)
Tomat
6
Paprika sauce
Cabai paprika
7
Saus sambal
Sambal

2.      Berdasarkan cita rasa
Berdasarkan cita rasa, kecap dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kecap asin (encer) dan manis (kental) dimana masing-masing memiliki manfaat tersendiri, baik sebagai penyempurna cita rasa dan aroma makanan atau pun produk makanan olahan.
3.      Berdasarkan jenis prosesnya
Proses pembuatan kecap juga menentukan jenis kecap yang dihasilkan. Berdasarkan prosesnya, kecap dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu. hasil proses fermentasi ,hidrolisis, dan hasil proses  fisik / pencampuran.

B.        Proses Fermentasi Kecap
Dengan cara fermentasi akan dihasilkan kecap tradisional dan taoco yang memiliki cita rasa yang khas. proses fermentasi atau peragian merupakan suatu perubahan yang terjadi terhadap bahan pangan yang disebabkan oleh aktivitas mikroba jenis tertentu yang memiliki kemampuan yang sesuai sehingga bahan menjadi berubah. Proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan kecap meliputi dua tahap, yaitu:
Ø  Fermentasi I (penjamuran)
Penjamuran merupakan fermentasi tahap awal dalam pembuatan kecap. Tujuan utama dari penjamuran ini adalah untuk mengembangbiakkan jamur dan menghasilkan enzim proteolitik dan amilolitik. Penjamuran ini berlangsung selama 3 hari dengan suhu 20 - 30 ˚C. Hasil penjamuran ini biasa disebut koji. Proses penajmuran ini hampir sama dengan proses pembutan tempe dan biasanya digunakan jamur tempe (Rhizopus oligosporus).
Pada fermentasi pertama (penjamuran) dihasilkan enzim protease yang menghidrolisis komponen protein 65-90% menjadi bentuk terlarut, aktivitas protease optimal pada suhu 20,5 ˚C selama 5 hari. Selain enzim protease juga terdapat enzim  amilase yang merombak pati (polisakarida) menjadi glukosa sehingga terjadi kenaikan gula reduksi. Selama penjamuran terjadi kenaikan pH karena adanya aktivitas enzim proteolitik dan menghidrolis protein menjadi komponen peptida, pepton, dan asam-asam amino. Peningkatan mutu gizi dikarenakan aktivitas mikroba selama pengolahan dan fermentasi, karena kapang menghidrolisis sebagian selulosa menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna. Protein dihidrolisis menjadi dipeptida, peptida dan asam-asam amino. Lemak dipecah oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Dan terjadinya peningkatan kadar vitamin B12, asam fitatterutai sehingga fosfor dan biotin dapat dimanfaatkan tubuh. 
Ø  Fermentasi II (perendaman dalam larutan garam)
Fermentasi dalam larutan garam dilakukan setelah proses penjamuran, dengan perbandingan koji dengan larutan garam 1 : 2. Mikroba utama pada fermentasi ini adalah Aspergilus oryzae dan Aspergilus soyae, bakteri-bakteri asam laktat dan yeast yang toleran terhadap kadar garam tinggi. Mekanisme fermentasi pada tahap ini meliputi:
a.       Fermentasi asam laktat oleh BAL (Bakteri Asam Laktat) Terjadi pada 3-6 bulan pertama, protein dan karbohidrat oleh enzim yang berasal dari Aspergillus oryzae. Proses hidrolisis protein terhambat pada saat terjadi pencampuran kedelai dengan larutan garam dan mulai meningkat setelah fermentasi berlangsung 2 minggu. Pada konsentrasi garam tinggi (20%) BAL terutama Pediococcus soyae masih bisa tumbuh baik dan menghasilkan asam laktat sehingga pH turun sampai 4,5. Bakteri ini berperan dalam pembentukan aroma dan flavor spesifik pada kecap.
b.      Fermentasi alcohol oleh khamir osmofilik  (Saccaromyces rouxii) Setelah fermentasi        oleh BAL dimana pH turun menjadi 4,5 akan mendorong pertumbuhan yeast            (Saccaromyces rouxii). Yeast ini akan mengubah glukosa dan maltose menjadi etanol dan gliserol yang merupakan komponen penyedap aroma dan flavor pada kecap. Perubahan ini terjadi setelah bulan ke-6 perendaman.
c.       Fermentasi Akhir Fermentasi akhir  merupakan penyempurnaan dimana khamir dan bakteri melanjutkan fermentasi, dengan pH akhir  4,7 – 4,8 dengan kadar garam akhir 18% sehingga menurunkan bahaya bakteri pembusuk. Selama fermentasi kedua (penggaraman) berlangsung terjadi perubahan-perubahan senyawa protein, lemak, dan karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Dalam fermentasi kecap hidrolisis protein menjadi senyawa yang lebih sederhana disebabkan oleh aktivitas beberapa enzim, diantaranya enzim proteolitik yang akan merubah protein menjadi asam-asam amino selanjutnya diubah menjadi amin, asam keton, NH3,  dan CO2.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada proses fermentasi yaitu:
a.               Murni Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu strain tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril.
b.      Unggul Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikrobia harus mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang besar. Sifat unggul yang ada harus dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang diharapkan. Proses rekayasa genetik dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat jasad dengan maksud mempertinggi produk yang diharapkan dan mengurangi produk-produk ikutan.



























BAB III
PEMBAHASAN

A.    Proses Pembuatan Kecap Kedelai

1.      Bahan
a.       Kedelai (putih atau hitam) 1 kg
b.      Jamur tempe 3 gram
c.       atau daun usar 1 lembar
d.      Daun salam 2 lembar
e.       Sereh 1 batang pendek
f.       Daun jeruk 1 lembar
g.      Laos ¼ potong
h.      Pokak 1 sendok teh
i.        Gula merah 6 kg
j.        Air (untuk melarutkan gula merah) 1 ½ liter
k.      Garam dapur 800 gram untuk 4 liter air

2.      Alat
a.       Panci
b.      Tampah
c.       Kain saring
d.      Sendok pengaduk
e.       Botol yang sudah disterilkan








3.       Cara Pembuatan
a.       Cuci kedelai dan rendam dalam 3 liter air selama satu malam. Kemudian rebus sampai kulit kedelai menjadi lunak, lalu tiriskan di atas tampah dan dinginkan ;
b.      Beri jamur tempe (ragi) pada kedelai yang didinginkan. Aduk hingga rata dan simpan pada suhu kamar (25 - 30 ˚C) selama 3-5 hari. Di masa lalu, kedelai yang ditiriskan ditutup dengan karung goni. Karena karungnya sudah sangat sering dipakai, maka tumbuh spora atau kapang yang berfungsi sebagai ragi. Sekarang, dalam skala industri, dipergunakan ragi yang lebih higienis.
c.       Setelah kedelai ditumbuhi jamur yang berwarna putih merata, tambahkan larutan garam. Tempatkan dalam suatu wadah dan biarkan selama 3-4 minggu (25 - 30 ˚C). Batas maksimum proses minggu pada suhu kamar penggaraman adalah dua bulan;
d.      Segera tuangkan air bersih, masak hingga mendidih lalu saring;
e.       Masukkan kembali hasil saringan, tambah gula dan bumbu-bumbu. Bumbu ini (kecuali daun salam, daun jeruk dan sereh) disangrai terlebih dahulu kemudian digiling halus dan campur hingga rata.
f.       Penambahan gula merah tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 kg gula merah.
g.      Setelah semua bumbu dicampurkan ke dalam hasil saringan, masak sambil terus diaduk-aduk. Perebusan dihentikan apabila sudah mendidih dan tidak berbentuk buih lagi;
h.      Setelah adonan tersebut masak, saring dengan kain saring. Hasil saringan yang diperoleh merupakan kecap yang siap untuk dibotolkan.







4.      Diagram Pembuatan Kecap Kedelai
Jamur Tempe

Disinilah jamur
Rhizopus Oligosporus
berperan
Disinilah  Aspergilus oryzae dan Aspergilus soyae berperan
Dimasak I hingga mendidih
Larutan Garam
KEDELAI
Dicuci dan direndam (semalam)
Direbus
Ditiriskan
Diragikan II (3-4 minggu)
Diragikan I (3-5 hari)
KECAP
Air
Disaring
Bumbu-bumbu, dan gula merah
Hasil Saringan
Dimasak II hingga mendidih
Disaring
 

























BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ø  Mikroorganisme yang berperan penting dalam pembuatan kecap yaitu, jamur Rhizopus Oligosporus, Aspergilus oryzae dan Aspergilus soyae.
Ø  Mikroba digunakan dalam proses pembuatan kecap pada saat fermentasi I atau peragian I (Rhizopus Oligosporus) dan pada saat fermentasi II (Aspergilus oryzae dan Aspergilus soyae).
Ø  Rhizopus Oligosporus menghasilkan enzim protease yang menghidrolisis komponen protein 65 - 90 %  menjadi bentuk terlarut.  Aspergilus oryzae menghasilkan asam laktat sehingga pH turun serta berperan dalam pembentukan aroma dan flavor spesifik pada kecap.

B.  Saran
1.      Pemberian jamur harus sesuai jumlahnya dengan banyaknya kedelai, agar tidak menimbulkan kegagalan jamur yang tumbuh.
2.      Setelah direbus dan ditiriskan, kedelai harus didinginkan dengan sempurna. Bila tidak, jamur yang ditebarkan diatasnya akan mati.
3.      Bahan baku untuk pembuatan kecap, selain dari kacang kedelai dapat juga dari biji kecipir, dengan proses pembuatan yang sama.












DAFTAR PUSTAKA

1.      Astawan, M dan Mita W, Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta : Akademika Pressindo, 1991. Hal 122-125.
2.      http://id.wikipedia.org/wiki/Kecap

1 comment: